Teori manajemen mutakhir, yaitu transparansi dan bottom-up diterapkan Ir. H Mgs M. Akib pada instansi yang dipimpin. Kebijakan itu berhasil mengangkat institusi dari keterpurukan.
Karir Alumni Teknik Kimia UNSRI Angkatan 1970 ini dimulai dengan mengikuti pendidikan jenjang karir Broadcasting Management di Bandung. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Pimpinan Tingkat Madya di Jakarta.
Beberapa teori manajemen diperoleh untuk diterapkan di lapangan. Awalnya, ia memimpin sebuah sub direktorat dengan bawahan hanya puluhan orang. Ia menerapkan teori manajemen modern dengan mengutamakan transparansi dan bottom-up.
Beberapa pencapaian kinerja di unit kerja yang ia pimpin mendapat sorotan dari pimpinan pusat, yakni direktur utama (dirut).
Biodata Ir Mgs M Akib
Atas prestasi itu, dirinya dipercaya memimpin unit yang lebih besar di daerah. Bawahannya kini ratusan orang. Pengalaman di unit kerja sebelumnya dimanfaatkan. Dirinya tetap menerap kan teori manajemen mutakhir yaitu transparansi dan bottom-up.
Upaya memotivasi bawahan dimulai dari para asisten manajer. Barulah setelah itu, dirinya didampingi asisten manajer yang telah termotivasi mulai menggerakkan tingkat partisipasi semua bawahan. Baik karyawan tetap maupun honorer.
Pertemuan terbuka digelar. Bawahan diberikan kesempatan menyampaikan pendapat mereka mengenai institusi yang ia pimpin.
“Staf sekretariat saya kerahkan untuk mencatat dan merekam semua masukan dari bawahan,” cetusnya.
{loadposition myposition}
Catatan dan rekaman itu dibawa ke pertemuan berikutnya yang hanya dihadiri para asisten manajer dan staf sekretariat. Pembahasan dalam rapat menghasilkan langkah-langkah yang akan ditempuh ke depan untuk mencapai kinerja,guna memajukan institusi.
“Alhamdulillah dalam kurun waktu lebih kurang seratus hari, memberikan hasil dan capaian yang cukup baik,” tuturnya. Pimpinan pusat pun menilai dirinya bersama para asisten manajer berhasil membuat institusi daerah eksis. Lantaran itu pula, dirinya dipercaya untuk menyelamatkan sebuah unit kerja di pusat, Jakarta yang hampir mengalami penurunan kinerja.
Open management (manajemen terbuka) kembali diterapkan dalam gaya kepemimpinannya di jabatan yang baru, general manager. Hanya dalam hitungan hari, ia bersama para manajer, asisten manajer dan bawahan berhasil mengangkat institusi dari keterpurukan. Prestasi ini membuatnya diusulkan untuk menduduki posisi direktur utama.
Namun, setelah melalui proses perhitungan dan pertimbangan yang matang, secara halus dirinya menyatakan keberatan. “Karena resikonya sangat tinggi baik bagi saya maupun institusi,” ungkap M Akib.
Ia lantas mengusulkan agar salah seorang anggota direksi diangkat menjadi dirut. Jabatan yang ditinggal- kan direksi itulah yang nantinya ia tempati. Sayang-nya, usul itu tidak diterima. Hanya ada dua pilihan baginya. Take it or leave it. “Dengan berat hati saya ambil pilihan leave it,” terang Akib.
Risikonya, ia harus me- lepaskan semua jabatan. Ternyata keputusan yang ia diambil tepat. “Saya terhindar dari malapetaka,” ucapnya. Direktur utama yang tidak jadi ia gantikan mengalami nasib kurang baik. Tersandung kasus hukum dan dijebloskan ke penjara.
Ia berharap pengalamannya dapat dijadikan masukan dan pelajar bagi generasi penerus.
Baginya, pengalaman teresebut patut disyukuri. Yaitu, dapat mengambil keputusan dengan pikiran jernih dan hati bersih. Tidak terpengaruh hanya dari segi materi saja.
Uji kepatutan dan kelayakan dari dalam diri sendiri lebih efektif ketimbang yang dilakukan orang lain. “Dunia hanya sementara dan bersifat relatif-nisbi. Akhirat kekal abadidan bersifat absolut-mutlak,” pesannya.
Sumber : Majalah Kemika Sriwijaya Edisi Pertama : Juli 2018