Belakangan ini daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor semakin meningkat. Selain digunakan sebagai kebutuhan transportasi sehari-hari ataupun kebutuhan berdagang, kendaraan bermotor saat ini juga digunakan sebagai kendaraan taksi online dan ojek online. Akibat dari pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang transportasi sehingga hal ini membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sebagai driver online. Akan tetapi, peningkatan daya beli masyarakat terhadap kendaraan tidak didukung oleh ketersediaan bahan bakar yang cukup sehingga pemerintah harus menyediakan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kendaraan-kendaraan di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar minyak kendaraan bermotor, sedangkan bahan bakar fosil jumlahnya sangat terbatas dan merupakan energi tidak terbarukan. Dengan jumlah yang terbatas, pada suatu saat bahan bakar fosil yang dalam hal ini adalah minyak bumi tidak akan lagi mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat sehingga terjadilah krisis minyak bumi. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar “Dengan asumsi produksi konstan 800.000 barel per hari tanpa adanya temuan cadangan minyak bumi baru, maka dalam 11 – 12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu lagi memproduksi minyak bumi. Teknologi eksploitasi minyak bumi saat ini hanya dapat mengambil 40%-50% persen cadangan minyak dari dalam perut bumi.
Faktor teknologi dan temuan cadangan minyak bumi baru adalah kunci keberlangsungan produksi minyak bumi di Indonesia. Akan tetapi, proses eksplorasi cadangan minyak bumi baru mengalami kendala dalam hal ekonomi dan supply dana dari pemerintah yang menyebabkan cadangan minyak bumi nasional tidak kunjung bertambah. Untuk mengatasi hal ini Bambang Dwi Djanuarto, Lead External Relation Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan di dalam regulasi yang sudah disiapkan, yakni draft Rancangan Undang-Undang (RUU) migas sudah ada mekanisme pengaturan dana yang dikeluarkan dari penerimaan migas yang disetorkan ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk petroleum fund, yaitu menyisihkan 10%-20% bagian pendapatan dari penerimaan migas tidak masuk kedalam APBN tetapi dikelola untuk mencari cadangan minyak baru. Apabila hal ini terwujud maka eksplorasi minyak bumi akan dapat dilanjutkan dengan baik.
Solusi lain dalam mengatasi kebutuhan bahan bakar masyarakat adalah bioenergi. Bioenergi menghasilkan beberapa produk antara lain biodiesel, bioethanol, biogas, Mikrobial Fuelcell, biomass, vegetable oil dan biodiesel to gasoline. Pada awalnya, bio fuel berasal dari minyak nabati yang berasal dari jagung, singkong, gandum, sagu dan lain sebagainya namun hal ini menyebabkan masalah dalam kebutuhan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, para ahli kemudian mengembangkan bio fuel yang berasal dari bahan yang mempunyai lignoselulosa misalnya: jerami, sekam, limbah kelapa sawit, limbah tebu, kayu-kayuan, rumput dan bahan lainnya yang kemudian dikembangkan lagi bio fuel yang memanfaatkan alga sebagai bahan baku.
Penggunaan bioenergi seperti biodiesel dapat menghemat sumber energi yang tidak terbarukan dan berkurangnya biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Penggunaan sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga akan akan membuka peluang usaha bagi para petani. Bioenergi merupakan alternatif yang mampu menjadi solusi tepat dalam mengatasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia karena tidak lama lagi apabila tidak ditemukan cadangan minyak bumi baru maka Indonesia akan mengalami krisis minyak bumi.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ketersediaan cadangan minyak bumi kita perlu mengembangkan teknologi terbarukan yang mampu mendukung eksplorasi minyak bumi dan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mendukung usaha tersebut. Sumber dana eksplorasi dapat diperoleh dari petroleum fund. Usaha lain untuk mengatasi masalah ini adalah pengembangan bio fuel seperti bioethanol, biogas, Mikrobial Fuelcell, biomass yang berasal dari makhluk hidup. Kita berharap hal ini dapat segera terwujud guna kemajuan Indonesia menjadi negara yang tidak terlalu bergantung pada negara lain apalagi sampai mengimpor bahan bakar yang sangat banyak sehingga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tentunya dengan peran semua pihak baik masyarakat, perusahaan, dan pemerintah yang saling bekerja sama.