Minyak bumi dalam bahasa inggris ‘petroleum’, dari bahasa Latin petrus–karang dan oleum–minyak), atau disebut juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar yang berada di lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar meruapakan deret senyawa alkana, bervariasi dalam komposisi dan kemurniannya. Minyak bumi bersumber dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga makin hari cadangannya makin menipis sejalan dengan tuntutan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat.
Menipisnya cadangan minyak bumi serta pencemaran lingkungan merupakan isu global yang meresahkan manusia dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir. Hal ini berakibat melonjaknya harga minyak dunia yang memberikan dampak besar terhadap perekonomian dunia tak terkecuali negara berkembang seperti Indonesia. Kenaikan harga minyak bumi secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi, biaya produksi industri dan pembangkitan tenaga listrik. Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi serta aktivitas industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan akan bahan bakar cair juga akan semakin meningkat.
Semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia berdampak pada ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak bertambah. Oleh karena itu pengembangan energi bahan bakar terbarukan menjadi penting selama beberapa tahun terakhir. Salah satu alternatif sumber energi terbarukan yang cukup menjanjikan adalah biodiesel. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
Dewasa ini, banyak penemuan mengenai bahan lain pengganti bahan bakar minyak dari crude oil. Salah satunya adalah Crude Palm Oil (CPO). Minyak sawit Crude Palm Oil (CPO) merupakan komoditas strategis Indonesia dan sekaligus salah satu komoditas penting di pasar internasional.
Trend baru ini menunjukkan bahwa peran CPO tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan (antara lain minyak goreng) dan industri hilir lainnya. Dengan meningkatnya permintaan CPO di pasar dunia, maka permintaan CPO juga akan meningkat dan juga memiliki dampak yang lebih luas pada industri perkelapasawitan di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka studi tentang permintaan CPO untuk biodiesel dan dampaknya bagi industri kelapa sawit domestik menarik untuk dicari tahu.
Biodiesel atau metal ester merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel atau solar. Penggunaan biodiesel sebagai sumber energi merupakan solusi menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa mendatang. Hal ini karena biodiesel bersifat dapat diperbaharui (renewable),dapat terurai (biodegradable) dan memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin karena termasuk kelompok minyak tidak mengering (non-drying oil) dan mampu mengurangi emisi karbon dioksida dan efek rumah kaca. Biodiesel juga bersifat ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah, terbakar sempurna (clean burning), dan tidak menghasilkan racun (non toxic).
Mengkonversi CPO menjadi biodisel memang memerlukan investasi yang tidak sedikit dan memerlukan effort yang lebih banyak, sehingga mengekspor CPO mentah tentu lebih mudah dan cepat mendatangkan uang. Jelas jauh lebih mudah daripada harus mengkonversi menjadi biodisel. Seharusnya pemerintah bisa melakukan langkah-langkah yang lebih baik untuk mendorong agar pengusaha kepala sawit dapat mengembangkan hasilnya menjadi bahan baker biodisel seperti membantu mengatasi penyediaan teknologi, serta menyiapkan sasaran pasar biodisel yang dihasilkannya.
Kajian ekonomi kelapa sawit Indonesia umumnya melihat permasalahan minyak sawit sebagai komoditas ekspor untuk memenuhi permintaan domestik maupun pasar internasional sebagai sumber bahan baku industri maupun pangan. Korelasi untuk mencari hubungan harga CPO dunia dengan harga BBM dunia disajikan pada gambar berikut.
Tahun 2008, total ekspor biofuel di pasar dunia mencapai 771 juta ton, yang bersumber dari minyak kedele dan minyak sawit. Volume ekspor USA tahun 2008 adalah 353 juta ton (45,8%) atau mendekati separuh total ekspor dunia, diikuti Negara Argentina sebesar 264 juta ton (34,2%). USA, Argentina dan Brazil adalah negara eksportir utama biodiesel di pasar dunia yang menggunakan bahan baku minyak kedele (soybean oil), sedangkan negara Indonesia menggunakan sumber minyak sawit. Pangsa ekspor biodiesel Indonesia tahun 2008 adalah 13,32% (102 juta ton).
Jika dibandingkan dengan Malaysia, net ekspor Malaysia adalah 6,6% (51 juta ton). (Oil World, 2009) Berdasarkan proyeksi Oil World (2009) dalam satu dekade ke depan (2008-2018), ekspor biodiesel Indonesia akan bertumbuh (growth) sebesar 1,62% per tahun, sementara Malaysia menurun (negative growth) 0,78% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen utama dan sekaligus negara eksportir utama biodiesel yang bersumber dari minyak sawit di pasar dunia. Data ini mendukung hasil studi di atas, dimana produksi CPO Indonesia memiliki peran penting untuk memenuhi permintaan energi di pasar internasional.
Trend hingga tahun 2018, dimana pertumbuhan produksi biodiesel Indonesia meningkat rata-rata 7,01% per tahun, sedangkan pertumbuhan konsumsi mencapai 15,32% per tahun, dan pertumbuhan ekspor biodiesel Indonesia ke pasar internasional adalah 0,17% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan yang relatif baik, dimana selain untuk tujuan ekspor, produksi biodiesel Indonesia juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, bahkan komoditas substitusinya juga akan naik.
Kenaikan harga BBM terhadap permintaan CPO domestik akan memberikan dampak yang luas dalam industri kelapa sawit Indonesia, antara lain pada industri hilir minyak goreng domestik. Hal ini sangat logis, dimana permintaan CPO untuk energi akan berkompetisi dengan permintaan CPO untuk energi dan juga akan berdampak pada penurunan volume ekspor CPO domestik. Selanjutnya, penurunan ekspor CPO akan dirasakan oleh negara-negara pengimpor : RRC, India dan Uni Eropa. Sejak tahun 2000, rata-rata kenaikan harga BBM dunia mencapai 18,71% per tahun. Selanjutnya angka ini digunakan sebagai dasar penetapan besarnya kenaikan harga BBM.
Dari data-data diatas dapat kita lihat bahwa kenaikan harga minyak bumi secara terus menerus dapat diatasi dengan menggunakan energi terbarukan yaitu biodiesel. Selain lebih menghemat biaya untuk kedeepannya, sumber energi ini juga lebih ramah lingkungan serta merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui apabila persediaan minyak bumi dunia telah habis. Beberapa perusahaan kelapa sawit sebenarnya ada yang memproduksi biodiesel namun hanya skala kecil. Pemerintah seharusnya lebih mendukung lagi proses produksi biodiesel oleh perusahaan-perusahaan minyak kelapa sawit sehingga biodiesel yang mereka buat dapat dipasarkan keluar tidak hanya mereka pakai sendiri. Karena, kita tidak mungkin selamanya dapat menggunakan bahan bakar fosil yang suatu saat nanti cadangannya akan habis untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari maupun kebutuhan industri.