Home Blog Page 11

Mengatasi Permasalahan Minyak Bumi di Indonesia

Mengatasi Permasalahan Minyak Bumi di Indonesia

 

Produksi minyak di Indonesia pada 2017 telah diketahui terjadinya penurunan produksi. Hanya tinggal 949 ribu barel per hari, pada waktu yang sama tingkat konsumsi bertambah menjadi 1,65 juta barel per hari, artinya defisit 702 barel per hari. Konsumsi minyak yang cenderung bertambah bersamaan dengan merosotnya produksi membuat Indonesia mengalami defisit minyak sejak 2003. Data BP menunjukkan produksi minyak Indonesia pada 2003 sebesar 1,18 juta barel per hari sementara konsumsi mencapai 1,23 juta barel. Akibatnya terjadi defisit 54 ribu barel per hari. Setelah itu, produksi minyak nasional semakin turun sedangkan konsumsi selalu bertambah. Produksi minyak di Indonesia pada tahun 2017 tersisa tinggal 949 ribu barel per hari sementara konsumsi bertambah menjadi 1,65 juta barel sehingga dibutuhkan 702 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan minyak  domestik. Pertamina setiap tahunnya mengimpor minyak dari luar negeri untuk menutup defisit tersebut. Pada kondisi tersebut yang merancang neraca nilai perdagangan minyak dan gas nasional mengalami defisit. Sebagai informasi neraca perdagangan minyak dan gas pada tahun 2017 defisit US$ 8,57 miliar dan bertambah menjadi US$ 12,4 miliar yang jika di konversi ke rupiah setara Rp 174 triliun dengan kurs Rp 14.000/dolar Amerika Serikat.

Etanol merupakan salah satu turunan dari senyawa hidroksil atau gugus OH, dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol merupakan suatu cairan transparan, mudah terbakar, tidak berwarna, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter, dan kloroform, yang diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi yang disebut juga dengan etil alkohol (Bender, 1982). Etanol digunakan pada berbagai produk meliputi campuran bahan bakar, produk minuman, penambah rasa, industri farmasi, dan bahan-bahan kimia. Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN) (Jeon, 2007).

Salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi yaitu ethanol. Ethanol merupakan bahan bakar berbasis alkohol yang diperoleh dari fermentasi tanaman. Contoh tanaman yang difermentasikan untuk menghasilkan ethanol adalah jagung dan juga gandum. Yang menarik, ethanol dapat dicampur dengan bensin demi meningkatkan kualitas emisinya.

Ethanol dapat diperoleh dari berbagai sumber bahan substrat yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut dapat berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari jerami padi yang merupakan bahan lignoselulosa yang ketersediaannya melimpah, murah, dan ada secara terus menerus (Yoswathana et al., 2010). Jerami padi memiliki kandungan lignosellulosa yang cukup tinggi dan dapat didegradasi menjadi bentuk yang lebih sederhana menjadi glukosa, sebagai sumber pembentuk etanol. Penggunaan bahan lignoselulosa sebagai substrat untuk produksi etanol perlu adanya perlakuan pendahuluan (pretreatmen).

Hal ini dikarenakan jerami padi memiliki struktur lignin yang tebal. Metode yang sering digunakan untuk proses pretreatment adalah penggunaan basa Ca(OH)2 disertai suhu 85ºC yang bertujuan untuk memecah struktur lignin, tidak terbentuk senyawa inhibitor bagi aktivitas mikrobia, dan menyebabkan material selulosa lebih mudah berinteraksi untuk proses hidrolisis enzimatis.

Diharapkan pemerintah segera menangani permasalahan dari minyak ini karena jika tidak pasokan minyak di Indonesia akan habis dan akan terjadi permasalahan pada lempeng bumi di Indonesia, dan juga akan terjadi fenomena alam yang tidak diharapkan lainnya. Penambahan alternatif dari minyak diharapkan dapat mengurangi pengurangan pasokan minyak di Indonesia dan juga pemerintah diharapkan dapat membuat program untuk mengurangi penggunaan minyak di Indonesia.

Membumikan Gas Bumi Di Indonesia

     Gas bumi merupakan bahan bakar fosil berfasa gas yang dapat ditemukan di ladang minyak atau gas dan juga tambang batubara. Sama halnya dengan minyak bumi dan batubara, gas bumi juga berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang tertimbun dibawah tanah selama jutaan tahun. Berdasarkan sumbernya, gas bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu associated gas dan non-associated gas. Gas bumi yang ditemukan bersama-sama dengan minyak bumi dalam suatu reservoir disebut dengan associated gas. Sedangakan, non-associated gas ialah gas yang ditemukan tidak menyatu dengan minyak bumi di dalam suatu reservoir.

     Kandungan dari gas bumi ialah senyawa hidrokarbon dan senyawa pengotor seperti O, S,  dan senyawa lainnya dengan jenis dan jumlahnya bervariasi sesuai dengan sumber gas bumi. Sebelum digunakan, senyawa pengotor yang ada haruslah dihilangkan. Tujuannya ialah agar kandungan gas bumi yang digunakan lebih murni dan tidak berbahaya saat digunakan.

     Gas bumi merupakan sumber energy yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Dari sector industry, gas bumi dapat dijadikan bahan baku industry pupuk, petrokimia, methanol, plastic dan industri lainnya. Dari fungsinya sebagai bahan bakar, gas bumi dapat digunakan pada PLTU, PLTG dan kendaraan bermotor. Gas bumi juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga terkhususnya sebagai bahan bakar memasak, yakni dalam bentuk liquefied petroleum gas atau yang sering disebut dengan gas elpiji.

     Di negeri ini, cadangan gas bumi cukup melimpah. Ini dibuktikan dengan data dari DITJEN MIGAS Kementerian ESDM, yang mana Indonesia memiliki cadangan gas bumi sebesar 135,55 Triliun Square Cubic Feet per januari 2019. Dengan angka sebesar itu, mendudukkan Indonesia di peringkat 9 dunia dengan cadangan gas bumi terbesar.

     Selama ini, gas bumi di Indonesia belum dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan domestik. Produksi gas dalam negeri lebih banyak di ekspor ketimbang memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Ada beberapa faktor yang membuat hal itu terjadi yaitu masih minimnya infrastruktur gas dan kandungan gas yang dihasilkan di Indonesia. Jadi hal inilah yang menyebabkan kita mengimpor gas walaupun kaya akan gas.

     Dari faktor di atas, gas bumi di Indonesia sebenarnya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan dalam negeri. Salah satunya ialah untuk bahan bakar memasak. Seperti yang kita ketahui, sejak era konversi minyak tanah ke  gas elpiji, hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar dalam memasak. Walaupun merupakan salah satu produk gas bumi, tetapi gas elpiji belum dapat kita produksi maksimal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Alasan utama nya ialah kandungan gas yang dihasilkan di Indonesia tidak sesuai untuk memproduksi gas elpiji. Kandungan gas yang dihasilkan di Indonesia ialah jenis lean gas atau gas bumi dengan rantai pendek ( C1 dan C2 ). Sedangkan, jenis gas yang dibutuhkan untuk memproduksi gas elpiji ialah jenis wet gas atau gas bumi dengan rantai panjang ( C3 dan C4 ). Ini merupakan salah satu jawaban dari mash tingginya impor elpiji di Indonesia.

     Pemerintah pun telah mempunyai program strategis untuk menangani pemanfaatan gas bumi secara maksimal. Program tersebut ialah jaringan gas untuk rumah tangga atau gas kota yang biasa disebut dengan JARGAS. Program ini memanfaatkan gas yang didapatkan dari lapangan minyak atau gas bumi untuk didistribusikan ke rumah tangga melalui pipa-pipa gas yang tersedia. JARGAS atau gas pipa dapat menggantikan gas elpiji sebagai bahan bakar dalam memasak.

     Jika dibandingkan antara gas pipa dan gas elpiji, tentunya gas pipa lebih unggul.keunggulan gas pipa dapat ditinjau dari segi ekonomi maupun segi keamanan. Faktor inilah yang semestinya menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengkonversi gas elpiji dengan gas pipa.

     Dari segi ekonomi, gas bumi lebih murah dibandingkan dengan gas elpiji. Rata-rata harga gas pipa Rp. 3.000 – Rp.4.000 per meter kubik. Sedangkan harga gas elpiji ialah Rp.12.500,  ini berarti masyarakat lebih hemat 3x lipat dengan menggunakan gas pipa. Dengan digunakan nya gas pipa pada bahan bakar rumah tangga, ini juga akan berdampak pada impor gas elpiji untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika saat ini kita masih mengimpor gas elpiji, bukan tidak mungkin setelah seluruh masyarakat menikmati gas pipa maka Indonesia tak perlu lagi mengimpor gas elpiji.

     Dari segi keamanan, jargas juga lebih aman dibandingkan dengan gas elpiji. Gas pipa yang mempunyai kandungan metana dan etana memiliki tekanan yang lebih kecil dari gas elpiji dan densitas nya yang lebih kecil dari udara. Jadi, ketika terjadi kebocoran gas akan menguap ke atas. Berbanding terbalik dengan gas elpiji yang densitas nya lebih besar dari udara. Ketika terjadi kebocoran, gas akan mengendap di lantai dan dapat menimbulkan ledakan jika ada pemicu nya. Tentunya hal ini menjadi solusi dari kecemasan masyarakat ditengah maraknya kasus ledakan akibat gas elpiji.

    Dari kedua faktor yang ada, menjadi alasan kuat bagi kita untuk mendukung pemerintah dengan program JARGAS nya. Sudah saatnya masyakat menggunakan energi yang murah, aman dan ramah lingkungan. Di mulai dari momentum ini, mari kita bumikan gas bumi di ibu pertiwi.

 

Referensi

Ditjen Migas 2014. Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga. https://migas.esdm.go.id/uploads/buku-jargas-isi-pdf. ( diakses 17 April 2019 ).

Ditjen Migas. 2019. Data Cadangan Gas Bumi Di Indonesia. http://statistik.migas.esdm.go.id/index.php?r=cadanganGasBumi/index. ( diakses 17 April 2019 ).

Hardjono, A. 2016. Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta. UGM Press.

Sanusi, Bachrawi. 2004. Potensi Ekonomi Migas Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

 

 

 

Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi 12 tahun kedepan jika tidak ada penemuan cadangan baru

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sudah ada dan telah dimanfaatkan oleh banyak orang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia dengan berbagai aktivitas hidupnya menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan terhadap energi di segala aspek penggunaannya. Peningkatan energi di indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang mengakibatkan meningkatnya konsumsi energi perkapita. Pencarian minyak bumi mulai dilakukan sejak tahun 1885 dan puncakya adalah tahun 1966 dimana indonesia memulai era massive oil exploration atau eksplorasi minyak besar-besaran. Pemerintah indonesia pada saat itu memperkenalkan konsep production sharing contract yang mampu menarik banyak investor asing. Puncaknya pada tahun 1977 indonesia berada pada masa kejayaan industri migas dengan capaian produksi hingga 1,69 juta barel minyak perhari dimana padaa saat itu kebutuhan minyak dalam negeri hanya sekitar 250.000 barel sehingga indonsia mampu mengekspor minyak dalam jumlah besar dan industri migas menjadi penggerak utama ekonomi nasional pada saat itu. Selain minyak bumi, produksi gas bumi dan batu bara juga menjadi penunjang utama bagi pemenuhan kebutuhan energi bangsa.

Namun saat ini keadaan menjadi sangat jauh berbeda dengan fakta bahwa sebagai negara dengan kekayaan sumber energi alam yang melimpah indonesia secara ironis justru setia melabeli diri sebagai negara yang mengalami krisis energi berkelanjutan. Sejak tahun 2004 masa kejayaan industri migas indonesia telah berakhir. Berdasarkan data dari kementerian ESDM, kebutuhan akan mnyak dan gas berkisar 2,2 juta barrel perhari dimana 1,4 juta barrel diantaranya adalah kebutuhan terhadap minyak bumi. Sementara produksi minyak indonesia hanya berkisar 900.000 barrel perhari. Jadi indonesia kekurangan 500.000 barrel minyak perhari. Oleh karena itu indonesia akhirnya menjadi negara importir minyak bumi untuk menutupi kekurangannya. Hal ini sangat berdampak signifikan terhadap kemampuan ekonomi nasional terlebih lagi pemerintah masih menanggung beban subsidi yang sangat besar.

Sejak tahun 1990an produksi minyak mentah Indonesia telah mengalami tren penurunan yang berkelanjutan karena kurangnya eksplorasi dan investasi di sektor ini. Di beberapa tahun terakhir sektor minyak dan gas negara ini sebenarnya menghambat pertumbuhan PDB. Target-target produksi minyak, ditetapkan oleh Pemerintah setiap awal tahun, tidak tercapai untuk beberapa tahun berturut-turut karena kebanyakan produksi minyak berasal dari ladang-ladang minyak yang sudah menua.

Mengingat kebutuhan manusia akan minyak bumi semakin meningkat, contoh halnya adalah gasolin atau yang lebih kita kenal sebagai bensin, bensin sangatsulit dilepaskan dari kehidupan manusia terlebih lagi manusia yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya kota metropolitan yang dominan para penduduknya selalu mempunyai mobil atau paling tidak motor. Motor pun tak hanya 1 yang mereka punyai. Banyak kalangan warga dari kota besar Jakarta yang mayoritas penduduknya selalu mempunyai motor yang tidak hanya 1. Motor dan mobil tidak akan berjalan sesuai fungsinya apabila tidak adanya minyak bumi atau bensin. Yang semakin hari semakin langka saja keberadaannya. Langkanya minyak bumi ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasarinya yaitu sumber daya minyak bumi yang minim, pengeboran tanah yang cukup dalam sehingga minyak tanah banyak yang menguap. Menguapnya minyak tanah dikarenakan suhu dibumi sudah sangat panas disebabkan oleh globalisasi yang mengakibatkan terkikisnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet langsung. Disebabkan juga oleh bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan distribusi minyak tanah menjadi sedikit lebiih sulit. Bencana alam yang terjadi tidak sepenuhnya kesalahan manusia melainkan juga karena kondisi bumi yang semakin menua, semakin banyaknya kendaraan sehingga berbanding terbalik terhadap BBM yang ada dan juga dikarenakan manusia yang tidak bijak menggunakannya. Dalam hal ini harus ada solusi ataupun tindakan atas penurunan minyak bumi dan gas bumi di indonesia.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperingatkan pentingnya penemuan cadangan minyak baru untuk indonesia. Sebab jika tidak ditemukan cadangan minyak bumi baru, pada 1 tahun kedepan kemungkinan cadangan minyak bumi indonesia akan turun dari 800.000 barel perhari menjadi 700.000 barel. Saat ini indonesia memiliki cadangan minyak bumi sekitar 3,3 miliar barel, dengan asumsi produksikonstan 800.000 perhari tanpa adanya temuan cadangan baru maka dalam 11 tahun-12 tahun ke depan indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi. Dalam hal ini tidak hanya pemerntah yang memikirkan solusi untuk masalah penurunan minyak bumi di indonesia ini tetapi masyaratkat indonesia juga harus ikut bekerja sama dalam mencari solusi dalam masalah ini dan bukan menambah masalah.

Secara umum beberapa cara mengatasi kelangkaan sumber daya alam ini yaitu dengan menyusun skala prioritas kebutuhan, bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam, melakukan sumber daya baru, memanfaatkan kemajuan teknologi, memanfaatkan bahan substitusi, daur ulang atau memanfaatkan kembali bahan limbah ataupun residu dari suatu proses produksi atau konsumsi disuatu sistem ekonomi untuk menjadi barang bernilai. Meskipun ada berbagai cara, sebaiknya kita bijaksana dalam menggunakan dan juga mengeksplotas sumber daya alam agar tetap bisa dinikmati untuk masa-masa yang akan datang.

 

Pilih Mana, Tetap Menggunakan Gas Alam atau Mulai Beralih ke Biogas?

Pilih Mana, Tetap Menggunakan Gas Alam atau Mulai Beralih ke Biogas?

Cynthia Savrinda

Universitas Sriwijaya

Lomba Menulis IATEK IMATEK 2019

 

 

 Sumber Gambar : http://www.iforexblog.com/news-item/11-fun-interesting-facts-natural-gas/

 

         

          Telah kita ketahui bahwa kebutuhan energi di Indonesia sangat besar dan akan terus meningkat, baik itu kebutuhan untuk industri, rumah tangga, transportasi, komersial, dan sebagianya. Sampai saat ini kebutuhan energi pemasokannya terbesar berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi dan batubara. Dalam proses pengolahan minyak bumi menghasilkan beberapa produk yaitu bensin, solar, kerosin, dan masih banyak lagi. Bensin dan solar menjadi bahan bakar untuk kendaraan yang sampai saat ini masih diminati masyarakat.

          Semakin lama jika sumber energi hanya berasal dari minyak bumi, akan semakin cepat habisnya. Oleh karena itu diperlukan pengganti sumber energi terutama bahan bakar minyak. Seperti yang kita ketahui ada sumber bahan bakar fosil lainnya selain minyak bumi dan batubara yaitu gas alam.

          Gas alam bisa terbentuk karena sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan mikoorgansime yang tersimpan didalam tanah selama jutaan tahun, sama seperti minyak bumi dan batubara yang membedakannya tekanan dan suhu yang didapatkan selama ia didalam tanah. Meskipun berasal dari sumber yang sama tetapi gas alam sebagai sumber energi menghasilkan pembakaran yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada minyak bumi dan batubara serta harga jualnya lebih murah.

          Sama halnya dengan minyak bumi, gas alam mengandung senyawa hidrokarbon dan non-hidrokarbon. Gas alam memiliki kandungan hirdrokarbon yang utama yaitu metana (CH4), sisanya terdapat etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana (C4H10). Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), air (H2O), dan mercaptan, ini adalah senyawa non-hidrokarbon yang juga terkandung di dalam gas alam tetapi dengan kadar yang lebih kecil. Secara kuantitatif kandungan gas alam ditiap daerah pasti berbeda-beda, tetapi secara kualitatif sama. Kandungan gas metana yang cukup besar inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bahan bakar. Kandungan propana dan butana juga bisa untuk memproduksi LPG, sisanya kandungan-kandungan yang tidak diinginkan akan dihilangkan. ga

          Sampai sekarang ini indonesia sudah memiliki empat kilang pengolahan gas alam yang berlokasi di Arun, Bontang Kalimantan Timur, Tanggu Papua Barat, dan Donggi Senoro Sulawesi Tengah.

          Tiga produk yang bisa dihasilkan dari proses pengolahan gas alam yaitu LNG, LPG, dan CNG.

          Salah satu hasil produksi dari gas alam adalah LNG (Liquified Natural Gas) yaitu gas alam yang dicairkan hingga mencapai suhu -162oC agar bisa mendistribusikannya secara luas dan lebih mudah kepada konsumen.

          LPG (Liquified Petroleum Gas) juga bisa diproduksi dari gas alam, karena terkandung senyawa hidrokarbon yaitu propana dan butana. Sama halnya dengan LNG, LPG juga dicairkan pada tekanan 2-5 barg, pada tekanan atmosferik ia kembali berbentuk gas. Kebutuhan LPG juga sangat tinggi karena digunakan untuk sehari-hari seperti memasak.

          CNG (Compressed Natural Gas) adalah gas alam yang dikompresi pada tekanan sangat tinggi yaitu 250 barg, tetapi ia tetap berada pada fasa gas tidak seperti LNG, dan LPG. CNG atau bahan bakar gas inilah yang bisa menjadi pengganti bahan bakar selain dari bensin dan solar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembakaran yang dihasilkan dari gas alam lebih bersih daripada minyak bumi, ini merupakan hal yang lebih baik dari minyak bumi. Kelemahan dari CNG, karena ia harus dikompres pada tekanan yang tinggi maka tabung yang digunakan untuk menampung CNG akan lebih berat yang menjadikan ia sedikit sulit untuk didistribusikan.

          Gas alam bisa dimaanfaakan sebagai bahan bakar dan bahan baku. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar bisa digunakan untuk pembangkit listrik, industri, kendaraan, keperluan rumah tangga, komersial dan sebagainya. Ini dapat menjelaskan bahwa sebenarnya bisa menggunakan gas alam dalam menggantikan minyak bumi maupun batubara. Pengembangan gas alam sebagi bahan bakar sudah terlaksana sebagian, mungkin belum secara merata karena masyarakat masih menikmati sumber dari minyak bumi dan batubara, selain itu juga masih sedikit terkendala dalam pendistribusiannya.

          Jika sebelumnya adalah solusi menggantikan bahan bakar minyak bumi dengan gas alam, sekarang akan menjelaskan untuk menggantikan gas alam dengan energi terbarukan yaitu biogas.

                                                                      

Sumber Gambar :

https://www.flaticon.com/premium-icon/biogas_542514

https://www.123rf.com/photo_58702754_stock-vector-happy-cartoon-cow.html

 

          Kita tau bahwa bahan bakar fosil ialah sumber energi tak terbarukan yang semakin lama akan habis jika kita tidak bisa menghematnya atau bahkan menggantikannya dengan energi terbarukan. Salah satu jenis energi terbarukan yang bisa menggantikan gas alam adalah biogas dimana sumber produksinya tidak seperti gas alam yang semakin lama akan habis meskipun sekarang ini masih bisa kita nikmati manfaatnya.

          Biogas memiliki manfaat yang sama seperti gas alam yang membedakannya adalah sumber yang diperoleh untuk memproduksinya.

          Seperti yang kita ketahui gas alam termasuk bahan bakar fosil yang diperoleh melalui lapisan tanah yang paling bawah dibumi ini, sedangkan biogas sesuai dengan namanya bahan bakar yang produksinya berasal dari bahan organik. Untuk memproduksi biogas umumnya mengunakan limbah kotoran ternak hewan dan manusia, tetapi bisa juga limbah rumah tangga dan bahan organik lainnya.

          Biogas adalah gas yang dihasilkan dari aktivitas anaerobik (tanpa oksigen) atau fermentasi dari bahan-bahan organik yang telah dijelaskan sebelumnya. Menghasilkan energi dari limbah terutama limbah kotoran hewan merupakan hal yang tepat dalam memanfaatkan limbah. Dengan mulai beralih ke biogas kita bisa mengurangi emisi yang berasal dari bahan bakar fosil, dan kita juga bisa mengurangi terjadinya efek rumah kaca yang berasal dari gas metana jika terlepas ke udara secara langsung.

          Kandungan biogas yang utama metana (CH4), dan karbon dioksida (CO2), dalam jumlah kecil bisa mengandung nitrogen, hidrogen, hidrogen sulfida (H2S) dan oksigen. Kandungan metana lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Pembakaran yang dihasilkan dari biogas lebih ramah lingkungan dari gas alam. Sama halnya dengan gas alam sebelum didistribusikan tentunya harus melewati beberapa proses sehingga ia bisa digunakan sebagai bahan bakar.

          Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel (Mulyadi, 2015). Tentunya dengan jumlah seperti itu merupakan hal yang baik untuk mulai beralih menggunakan biogas atau bahkan memproduksi biogas secara langsung. Manfaat yang dihasilkan oleh biogas sama halnya dengan gas alam bisa menjadi bahan bakar, menggantikan LPG, bahkan untuk pembangkit listrik, dan juga untuk produksi pupuk.

          Menurut saya energi terbarukan ini memang belum bisa untuk benar-benar menggantikan bahan bakar fosil secara luas di Indonesia, dikarenakan masyarakat masih menikmati apa yang ada sekarang ini. Energi terbarukan ini bisa dilakukan untuk mengurangi emisi di Indonesia. Akan tetapi, energi terbarukan bisa dilakukan secara perlahan atau sedikit demi sedikit untuk skala daerah misalnya, hal ini pasti bisa terlaksanakan jika ada kesadaran masyarakat untuk memproduksinya bahkan untuk mendistribusikan secara lebih luas. Sekarang ini pilihannya kembali lagi kepada masyarakat untuk tetap menikmati gas alam atau mulai beralih ke biogas?

 

Referensi :

-. -. Proses Produksi Energi Biogas. http://alpensteel.com/article/121-107-energi-bio-gas/1816–proses-produksi-energi-biogas

-. 2013. Manfaat Gas Alam. https://manfaatgasalam.wordpress.com/

-. 2014. Perbedaan Gas Bumi, LNG, CNG, dan LPG https://geograph88.blogspot.com/2014/10/perbedaan-gas-bumi-lng-cng-dan-lpg.html 

Mulyadi, Tedi. 2015. Pengertian Energi Biogas dan Manfaatnya. https://budisma.net/2015/04/pengertian-biogas-dan-manfaatnya.html 

Syukur, M. Hasan. -. Potensi Gas Alam di Indonesia http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t1_Potensi__________M_Hasan_S.pdf

Peningkatan Solusi dan Tantangan Sumber Energi Alternatif

0

Minyak bumi atau petroleum – bahan bakar fosil yang merupakan bahan baku untuk bahan bakar minyak (BBM), bensin dan banyak produk-produk kimia – merupakan sumber energi yang memegang peranan penting karena minyak memiliki persentase yang signifikan dalam memenuhi konsumsi energi dunia. Citra negatif dari minyak mirip dengan pembakaran batubara yaitu pemakaian bahan bakar minyak adalah kontributor terbesar untuk peningkatan CO2 di atmosfir bumi.  Bahkan tumpahan minyak dari kapal-kapal tanker juga telah menyebabkan kerusakan berat pada lingkungan hidup bumi. Krisis energi berasal dari akhir siklus minyak, gas, dan batubara yang diperkirakan bahkan telah menghasilkan peningkatan gas rumah kaca (GHG) yang cukup besar.  Dalam beberapa tahun terakhir, banyak ilmuwan mengangkat suara mereka untuk memperingatkan tentang perubahan iklim, terutama disebabkan oleh pembakaran minyak dan batubara untuk menghasilkan energi.

Bicara tentang pemanasan global (global warming) yang menyebabkan perubahan iklim (climate change) tidak bisa dilepaskan dari permasalahan gas efek rumah kaca (greenhouse effect gases) yang disebabkan penggunaan berlebihan dari bahan bakar fosil (fossil fuels) seperti minyak bumi, gas dan batu bara. Penggunaannya beberapa abad lalu semenjak revolusi industri dimulai mengakibatkan suhu bumi makin panas yang disebabkan oleh panas matahari yang tidak bisa terpantul keluar karena terjebak oleh lapisan gas efek rumah kaca seperti Carbon dioxide (CO2), Methane (CH4)Nitrous oxide (N2O) dan lainnya yang dihasilkan oleh penggunaan energi berlebihan oleh manusia dalam menjalankan kehidupannya namun tidak menyadari bahwa daya tampung bumi ada batasnya.

Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi, Indonesia menggunakan sumber energi fosil sebanyak 94%, dan baru sisanya yang 6% menggunakan manfaat energi terbarukan. Masih banyak ruang potensial untuk perkembangan energi terbarukan di Indonesia. Indonesia haruslah dapat mempersiapkan adanya penambahan dan perubahan penggunaan energi.

            Energi yang juga dihasilkan oleh alam tapi tidak menghasilkan gas efek rumah kaca haruslah punya sumber yang tiada habisnya (tangible) dan bukan energi fosil yang akan habis (intangible). Dan akhirnya para ahli menemukan ada lima energi terbarukan (renewable energy) yang bisa menggantikan energi fosil yang berasal dari biomass energyhydropower, geothermal energy, wind energy dan solar energy.

Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang berasal dari organisme yang ada di bumi seperti tumbuhan, hewan, dan juga manusia.  Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Biomassa cukup umum digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar).

Pengembangan biomassa ini jadi penting karena manfaatnya sangat besar. Pertama, kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.

Energi air adalah satu diantara sekian banyak sumber energi terbarukan yang telah banyak dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil. Air sifatnya terus-menerus bergerak. Tiap gerakan air menghasilkan energi alami yang sangat besar. Energi ini datang baik air dari sungai yang mengalir atau gelombang air yang berupa ombak di lautan. Energi yang dihasilkan oleh air dapat dimanfaatkan dan dikonversikan menjadi listrik.  Tidak seperti tenaga matahari dan angin, manfaat energi terbarukan dari air ini dapat menghasilkan tenaga terus menerus selama 24 jam setiap harinya. Saat ini, 20% dari total energi dunia didapat dari pemanfaatan tenaga air atau yang sering disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain lewat PLTA, energi air juga dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Mini Hidro (PLTMH). Beda keduanya ada pada besarnya listrik yang dihasilkan.

Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita sangat panas- estimasi saat ini adalah 5,500 celcius (9,932 F). Tiga meter teratas permukaan bumi suhunya konstan sekitar 10-16 Celcius (50-60 F) sepanjang tahun.  Sumber energi terbarukan yang berasal dari dalam inti atom bumi ini memiliki tenaga yang sangat kuat dan jumlahnya pun sangat melimpah. Pembangkit Listrik tenaga geothermal biasanya menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 KM atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi

Angin dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi menggunakan kincir angin. Energi mekanik yang dihasilkan oleh kincir angin dapat dimanfaatkan secara langsung atau dikonversi menjadi energi listrik. Ramah lingkungan adalah keuntungan dari tenaga angin. Sumber energi terbarukan ini bebas dari polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir. Untuk mendapatkan energi yang stabil, penempatan turbin angin disarankan dilakukan pada daerah yang memiliki kecepatan angin yang relatif konstan, dan dengan arah angin yang tak berubah-ubah.

Energi surya atau matahari telah cukup banyak dimanfaatkan di banyak negara. Jika dimanfaatkan dengan tepat, sumber energi terbarukan yang melimpah ini akan mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi harian dunia. Potensi energi surya pada suatu wilayah sangat bergantung pada posisi antara matahari dengan kedudukan wilayah tersebut di permukaan bumi. Indonesia yang berada dalam wilayah khatulistiwa mempunyai potensi energi surya yang cukup besar sepanjang tahunnya. Pemanfaatan energi terbarukan ini dapat dilakukan secara langsung dengan membiarkan objek pada radiasi matahari, atau menggunakan peralatan yang mencakup kolektor dan konsentrator surya (panel surya).

Tidaklah terlalu sulit untuk menemukan keuntungan terhadap lingkungan dengan menggunakan energi terbarukan. Salah satu kekurangan dari energi terbarukan adalah sulitnya untuk membangkitkan listrik dengan kuantitas yang sama besarnya dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Ini berarti kita harus mengurangi penggunaan energi yang digunakan atau menambah fasilitas pembangkitan.

Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa solusi terbaik untuk mengatasi persoalan energi adalah harus dibangkitkan listrik dari sumber yang lebih variatif. Kekurangan lain dari energi terbarukan adalah keandalan supplai. Energi terbarukan terkadang sangat tergantung kepada cuaca. PLTA membutuhkan air untuk mengisi waduk untuk mengalirkan air. Pembangkit Angin membutuhkan angin untuk memutar blade dan sel surya membutuhkan cuaca yang cerah untuk mengumpulkan daya listrik, Pada saat sumber energi ini tidak tersedia maka daya mampu pembangkit juga menurun. Hal ini dapat tak terprediksi dan tidak konsisten.
Disamping itu, biaya pembangkitan teknologi energi terbarukan juga relatif lebih tinggi dibandingkan pembangkit konvensional, hal ini disebabkan modal investasi energi terbarukan yang tinggi.

Walaupun energi terbarukan memiliki kendala, ini juga menjadi tantangan bagi Indonesia sejahtera. Indonesia masih dalam tahapan mempersiapkan  peralihan sumber energi minyak bumi menjadi energi alternative terbarukan, dimana dengan adanya kondisi potensi alam Indonesia yang dimiliki dan dinilai cukup memadai.

Bahan Bakar Minyak dan Potensi Energi Terbarukan untuk Indonesia

Kegiatan industri minyak dan gas bumi dibagi atas dua kategori, yaitu kegiatan hulu (upsteram) dan kegiatan hilir (downstream). Kegiatan usaha hulu migas terdiri dari kegiatan eksplorasi dan produksi, sedangkan kegiatan hilir migas terdiri dari kegiatan pengolahan, transportasi, dan pemasaran.

Dalam kegiatan hilir, pengolahan dilakukan untuk memurnikan minyak mentah yang diproses dalam pada refinery unit yang terdiri dari berbagai macam peralatan pengolahan. Salah satu alat utama dalam proses ini adalah kolom destilasi. Minyak mentah diolah menjadi bahan bakar dan produk setengah jadi atau produk antara. Setelah minyak bumi diolah, maka hasil olahannya dipindahkan atau diangkut ke tempat penyimpanan/penampungan ataupun kependistribusian. Pengangkutan minyak bumi biasanya menggunakan kapal,truk juga dengan menggunakan pipa. Kegiatan terakhir usaha hilir minyak bumi yaitu kegiatan pemasaran, dimana minyak bumi ataupun hasil olahannya akan diperjualbelikan, diekspor dan diimpor.

Di Indonesia sendiri, penyaluran hasil olahan minyak bumi yaitu bahan bakar minyak (BBM) dilakukan hingga pelosok negeri. Penyaluran dilakukan dengan menggunakan angkutan darat, laut bahkan udara. Adanya sarana dan fasilitas penyaluran yang tersedia di setiap pulau di Indonesia. Meskipun begitu, tetap saja penyaluran bahan bakar minyak di Indonesia masih sama mengalami kendala, salah satunya karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih kurang 17.000 pulau dari sabang hingga merauke, dan adanya daerah-daerah terpencil di Indonesia yang sulit dijangkau.

Kendala-kendala penyaluran bahan bakar minyak tersebut memiliki dampak pada harga BBM di beberapa daerah di Indonesia. Masalah perbedaan harga BBM yang paling banyak terjadi adalah di daerah Indonesai terutama di daerah yang sulit dijangkau/terpencil. Perbedaan harga tersebut terjadi bukan stasiun pengisian bahan bakar umum tetapi sudah di tempat pengenceran bahan bakar minyak. Faktor utama hal ini terjadi karena jauhnya jarak tempuh dari pusat stasiun pengisian bahan bakar umum, sehingga diperlukanya biaya tambahan untuk mencapai stasiun pengisian bahan bakar umum, oleh karena itu harganya akan berbeda bahkan jauh berbeda .

Salah satu permasalahan perbedaan harga yang menjadi pemberitaan hangat yaitu harga bahan bakar minyak di Papua yang mencapai Rp.100.000/liter dipengenceran pada tahun 2016 lalu. Maka pemerintah membuat kebijakan BBM Satu Harga di seluruh di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menyalurkan BBM ke wilayah yang terpencil dengan mengangkutnya menggunakan truk hingga pesawat kecil berbaling-baling/Air Tractor. Hingga kini upaya BBM satu harga terus dilakukan, dimana Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas mencatat, selama 2018 pelaksanaan BBM Satu Harga telah terealisasi sebanyak 131 titik lembaga penyalur yang tersebar di 131 Kecamatan, 90 Kabupaten, dan 26 Provinsi seluruh Indonesia. Dimana 29 penyalur di Pulau Sumatera, 33 penyalur di Pulau Kalimantan, 14 penyalur di Pulau Sulawesi, 11 Penyalur di Pulau Maluku dan Maluku Utara, 26 penyalur di Pulau Papua dan Papua Barat, 14 penyalur di Pulau NTB dan NTT, 1 penyalur di Pulau Bali, dan 3 penyalur di Pulau Jawa dan Madura (sumber : CNBC Indonesia).

Dengan berjalannya program BBM Satu harga dan telah banyak penyalur BBM resmi yang didirikan,namun tetap saja biaya yang digunakan untuk menyalurkan BBM dari pengolahan tersebut ke tempat penyaluran cukup besar.

Maka untuk itu, Indonesia juga perlu penggunaan energi baru dan terbarukan untuk mendampingi penggunaan bahan bakar minyak dan energi fosil di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan sumber energi baru dan terbarukan yang melimpah. Bahan bakar minyak bumi dapat digantikan dengan energi seperti biomassa, etanol, biodiesel, biobutanol dan lainnya. Selain itu, penggunaan energi fosil dapat digantikan dengan energi terbarukan berupa energi angin, fotovoltaik matahari, panas matahari, energi panas bumi, energi laut, energi air dan lainnya.

Menurut data Kementerian ESDM, potensi energi terbarukan yang dimanfaatkan baru sebesar 2% dengan rincian yaitu energi panas bumi memiliki potensi sumber daya 11,0 GW, menyimpan 17,5 GW, realisasi PLTP 1,949 GW (0,44%); energi air memiliki potensi 75 GW (19,3 GW), realisasi PLTA 5,124 GW dan PLTMH 0,216 GW (1,21%); energi bioenergi memiliki potensi PLT Bio 32,6 GW, BBN 200 ribu Bph, realisasi PLT Bio 1,840 GW (0,42%); energi angin memiliki potensi 60,6 GW, realisasi PLTB 76,1 MW (0,0002%); energi surya memiliki potensi PLTS 207,8 GW.

Begitu banyak potensi yang dimiliki Indonesia yang harus dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari disamping energi fosil. Misalnya bioenergi yang diperoleh dari proses biogas dengan bantuan bakteri dan terdapat biofuel dari kelapa sawit dan lainnya. Juga contoh lainnya adanya PLTS di Indonesia karena potensi energi surya yang besar di Indonesia terutama Indonesia Timur mengingat Indonesia adalah negara Khatulistiwa.

Faktor yang menjadi kendala dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan adalah biayanya yang lebih mahal daripada energi fosil yang relatif lebih murah. Dalam pembangunan awal energi terbarukan mahal dan membutuhkan waktu yang lama untuk komersialisasi serta terkendala dalam teknologi. Namun energi baru dan terbarukan merupakan energi bersih dan dapat menanggulangi permasalahan meningkatnya kebutuhan energi untuk kehidupan manusia itu sendiri. Dan dengan potensi yang dimiliki Indonesia maka pengembangan energi baru dan terbarukan harus dilakukan

BBM dan Dilema Bahan Bakar Alternatif di Indonesia

foto: shutterstock

Bahan bakar Migas (Minyak dan Gas) merupakan  jenis bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui, meskipun dapat dinikmati secara melimpah pada saat ini nyatanya cadangan migas di seluruh penjuru bumi kian menipis. Suatu negara tidak dapat bergantung hanya kepada suatu ekosistem, terutama yang sumbernya tersedia terbatas di alam. Jika tidak mampu untuk mencari alternatif lain atau mencari keragaman, ekonomi suatu negara terancam hancur dan kolaps meskipun dalam kurun waktu puluhan tahun.

Indonesia saat ini masih sangat bergantung dengan sumber energi fosil, pada tahun 2014 kementrian ESDM mencatat bahwa energi fosil masih mendominasi dalam konsumsi energi primer (tanpa biomasa tradisional), di mana konsumsi minyak bumi 88 juta TOE atau 41% dari total konsumsi energi nasional, diikuti batubara dengan 32,3% biomasa modern di 2,9% , panas bumi sebesar 1,1% dan listrik impor 0,8 % (Sumber : Indonesia Energi Outlook)

Memasuki masa emasnya, sekitar tahun 1970-1990 produksi minyak bumi Indonesia pernah mencapai 1,3 juta – 1,6 juta barrel per hari (Sumber :Reforminer Institute) . kemudian mulai memasuki tahun setelahnya sampai sekarang, produksi minyak kian menurun. Penyebabnya adalah karena natural production decline rate Indonesia sangat tinggi, mencapai angka 28 % per tahun. Ditambah 72 % produksi minyak nasional berasal dari blok migas yang rata rata sudah berumur 30 tahun keatas (Sumber: Kompas.com).

Dikala menaiknya tingkat kebutuhan warga akan BBM, produksi BBM terus menurun. Pada tahun 2017 produksi minyak indonesia menyentuh angka 950 ribu barrel per hari sementara konsumsi akan minyak meningkat sebesar 1,65 juta barrel per hari, dapat disimpulkan bahwa angka defisit sudah mencapai 700 ribu per hari (Sumber: BP Global Company). Hal ini yang mendorong negara kita melakukan impor minyak secara besar-besaran dan memasuki tahap yang mengkhawatirkan.

Dewasa ini, sudah banyak ditemukan alternatif pengganti BBM. Namun kebanyakan dari alternatif tersebut belum dapat kita olah dengan baik atau belum adanya infrastruktur yang dapat mendukung penggunaan energi alternatif tersebut. Sebut saja Bioethanol contohnya, Bioethanol mudah untuk diproduksi namun untuk menjadikannya Bioethanol Fuel Grade (BFG) yang memiliki tingkat kemurnian 99%, mengakibatkan harga jual nya melambung tinggi. Jika ethanol dengan kemurnian 95% yang dijual di toko bahan kimia dihargai Rp 30.000 per liter, maka untuk BFG dengan kemurnian 99% pastinya akan melebihi harga BBM dengan selisih perbedaan sangat tinggi.

Alternatif lain adalah Compressed Natural Gas (CNG). CNG atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Bahan Bakar Gas (BBG) sebenarnya sudah mulai diterapkan di armada bus Transjakarta dan sebagian angkutan umum serta kendaraan pribadi di wilayah Jakarta. Namun tetap saja belum dapat menggantikan BBM sebagai konsumsi energi primer, Justru armada Transjakarta ber bahan bakar gas dikurangi akhir akhir ini. Beberapa alasannya adalah, masih kurangnya infrastruktur SPBG yang tersedia, kemudian tangki penyimpanan yang  kuat, karena BBG bertekanan tinggi. Opini publik yang beranggapan bahwa BBG ‘kurang aman’ rentan terjadi kecelakaan diakibatkan oleh BBG itu sendiri membuat BBG masih belum diminati.

Mobil listrik digadang gadangkan sebagai cara pemerintah untuk menggantikan mobil konvensional ber bahan bakar minyak. Peraturan Presiden mengenai Mobil Listrik pun sudah mulai diterbitkan sebagai bukti keseriusan pemerintah untuk menggarap mobil listrik. Jika dibandingkan dengan mobil BBM, mobil listrik hampir tidak mengeluarkan emisi dan harga untuk pengisian bahan bakar listrik di Stasiun Pengisian Listrik Umum(SPLU) relatif lebih murah dibandingkan BBM.

Dibalik keuntungan memakai mobil listrik perlu dicatatkan juga bahwa untuk pengadaan SPLU diperlukan Pembangkit Listrik yang lebih besar. Saat ini kebanyakan pembangkit listrik di Indonesia menggunakan PLTU yang berbahan bakar fossil, belum lagi  untuk melakukan pengisian di rumah sendiri menggunakan listrik dari National Grid. Menurut data terbaru dari Digest of UK Energy Statistics, dinyatakan bahwa 51 persen listrik National Grid berasal dari hasil pembakaran fosil, seperti gas dan batubara. 21 persen lain berasal dari tenaga nuklir, dan sisanya berasal dari sumber yang dimutakhirkan (Dikutip dari https://www.republika.co.id/berita/otomotif/mobil /17/12/04/ozcvui-ini-kelemahan-mobil-listrik  )

Menghadapi hal seperti ini, pemerintah juga harus mempersiapkan infrastruktur untuk dapat menyokong keberlangsungan mobil listrik, dengan cara pengadaan dan penambahan pembangkit listrik yang tidak bersumber dari hal yang tidak dapat diperbaharui. Seperti PLTA, PLT Angin, PLTO, PLTPS, dll harus diperbanyak dan dijadikan sebagai sumber energi listrik utama.

Mengapa Kita Harus Menghemat Bahan Bakar Fosil?

0

Kecuali jika kalian membaca ini di warung kopi di Islandia, Swedia atau negara lain yang telah membuat komitmen untuk beralih ke energi terbarukan, energi untuk menyalakan laptop kalian, lampu yang mempermudah Kalian untuk melihat keyboard dan listrik untuk menyeduh kopi kalian semua berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil termasuk batubara, produk minyak bumi seperti bensin dan minyak, dan gas alam. Bahan bakar ini dibakar pada pembangkit listrik untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan listrik. Mesin mobil juga membakar bahan bakar fosil, seperti halnya seperti banyak tungku rumah dan pemanas air.

 

Dari mana datangnya bahan bakar fosil?

Terlepas dari apa yang mungkin Kalian dengar, bahan bakar fosil tidak berasal dari dinosaurus yang membusuk, meskipun dinosaurus berkeliaran di Bumi saat mereka terbentuk. Sumber utama batubara adalah bahan tanaman yang terurai, dan minyak berasal dari plankton, makhluk laut mikroskopis yang membusuk. Gas alam juga merupakan produk sampingan dari tanaman dan mikroorganisme yang terurai. Meskipun penggunaan bahan bakar fosil meningkat di banyak negara, batu bara, minyak dan gas masih melimpah di kerak bumi. Namun demikian, ada kesadaran yang tumbuh tentang pentingnya konservasi sumber bahan bakar di kalangan pecinta lingkungan dan pembuat kebijakan ekonomi. Tidak lain dan tidak bukan karena dua alasan: Pasokan bahan bakar fosil terbatas, dan polusi dari pembakarannya tidak baik bagi lingkungan.

 

Pro dan Kontra Bahan Bakar Fosil

Pentingnya ekonomi dari bahan bakar fosil sudah tidak bisa dipungkiri. Sistem untuk mengekstraksi dan mengangkutnya telah dikembangkan, dan industri bahan bakar fosil mempekerjakan jutaan pekerja di seluruh dunia. Ekonomi sebagian besar negara bergantung padanya. Beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan agak seperti mengubah arah liner laut, meluangkan waktu dan input energi ekstra yang besar. Jauh lebih mudah untuk menjaga agar kapal tetap di jalur yang sama. Di sisi minusnya, bahan bakar fosil sangat kotor. Membakarnya menciptakan polutan atmosfer, dan para ilmuwan sepakat bahwa salah satu polutan utama yaitu karbon dioksida, bertanggung jawab atas tren perubahan iklim yang menghasilkan pola cuaca yang semakin tidak menentu.

Kelemahan lain adalah bahwa pasokan bahan bakar fosil mungkin tampak tidak terbatas, tetapi sebenarnya tidak. Seorang eksekutif perminyakan memperkirakan pada 2006 bahwa ada cukup batu bara di kerak bumi untuk bertahan sekitar 164 tahun, gas alam yang cukup untuk 70 tahun terakhir dan cadangan minyak yang cukup untuk 40 tahun. Pada tingkat itu, seseorang remaja yang berusia belasan tahun pada tahun 2018 cenderung hidup untuk melihat hari ketika cadangan minyak dan gas alam yang semakin lama semakin habis.

 

Hemat Bahan Bakar untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Konservasi bahan bakar melalui teknologi dan praktik yang lebih hemat energi dapat membantu memperpanjang cadangan minyak, batubara, dan gas saat ini untuk beberapa tahun lagi. Namun, ada alasan yang lebih penting untuk melestarikan bahan bakar fosil, dan itu untuk membantu melindungi  lingkungan. Minyak bumi, batubara, dan gas alam yang terbakar memenuhi udara dengan polutan berbahaya, termasuk nitrogen oksida, sulfur dioksida, karbon dioksida, ozon, dan sejumlah hidrokarbon. Selain menciptakan kabut asap dan penyakit pernapasan, polutan ini – terutama karbon dioksida – berkumpul di atmosfer dan mencegah panas Bumi keluar ke luar angkasa. Akibatnya, para ilmuwan memprediksi suhu Bumi bisa meningkat sebanyak 4 derajat Celcius pada akhir abad ini. Selain hasil yang membahayakan ini, karbon dioksida juga mengasamkan lautan, membunuh makhluk laut dan mengurangi kemampuan air laut untuk menyerap gas berbahaya ini.

Konservasi bahan bakar akan memperlambat laju pemanasan atmosfer dan pengasaman laut, semoga memberi Bumi waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Tanpa metode ini, Bumi dapat mencapai titik kritis yang penyembuhannya tidak akan mungkin, dan mungkin menjadi tidak dapat dihuni. Itu mungkin alasan yang paling kuat untuk melestarikan bahan bakar fosil.

Akankah Minyak Mentah Menjadi Sumber Daya yang Akan Segera Habis?

      Minyak mentah adalah sumber daya yang penting dalam masyarakat kita.  Hidup kita benar-benar dijalankan dengan bahan bakar fosil ini dan sulit membayangkan dunia tanpa itu.  Meskipun karena fakta bahwa bahan bakar fosil adalah sumber energi yang tidak dapat diperbarui segera, inilah yang akan terjadi.  Dalam tulisan ini saya akan berbicara tentang minyak mentah menjadi sumber daya berharga yang akan segera habis.

      Bahan bakar fosil adalah hidrokarbon yang mengandung sumber daya alam yang ditemukan di bawah tanah.  Sumber daya alam ini dibentuk oleh sisa-sisa hewan dan tumbuhan, juga dikenal sebagai biomassa, dari lebih dari 150 juta tahun;  ini adalah ketika kehidupan laut mati dan hewan dimakamkan di bawah manik laut.  Selama jutaan tahun biomassa menjadi tertutup lumpur, pasir, lumpur dan berbagai produk lainnya yang perlahan terbentuk menjadi batuan sedimen.  Massa batuan sedimen memungkinkan tekanan besar untuk diberikan pada biomassa, faktor ini dikombinasikan dengan suhu dan fakta bahwa ada sedikit atau tidak ada oksigen dan ada bakteri yang membantu membusuk sisa-sisa hewan dan tumbuhan, menyebabkan bahan  menjadi minyak atau bahan bakar fosil lainnya.

     Ada 3 contoh utama bahan bakar fosil, Batubara, gas alam, dan minyak mentah.  Meskipun semuanya dibuat dengan cara yang sama, semuanya sedikit berbeda.  Batubara terbentuk oleh sebagian besar kehidupan tanaman di daratan yang mati seperti pohon;  kehidupan tanaman yang mati kemudian mengalami tekanan dan suhu tinggi yang sama, seperti halnya minyak mentah dan gas alam.  Selulosa dari dari tumbuhan mati berubah menjadi asam humat, yang merupakan produk dari dekomposisi kehidupan tanaman yang tidak lengkap.  Kemudian berubah menjadi bitumen, cairan hitam ganas yang merupakan campuran bahan organik yang terutama terdiri dari hidrokarbon aromatik polisiklik;  itu kemudian menjadi karbon elementer.

   Minyak mentah adalah produk dari dekomposisi kehidupan laut, yang terlalu terkubur di bawah batuan sedimen, yang diletakkan di bawah tekanan dan temperatur yang tepat dari minyak mentah.  Minyak ini disimpan dalam batu berpori, merembes melalui batu sampai berhenti oleh batu yang tidak berpori.  Dengan minyak muncul bahan bakar fosil lain yaitu gas alam.

     Gas alam terutama terdiri dari metana, ditemukan dengan bahan bakar fosil lain seperti batubara atau minyak, dan dibentuk oleh dekomposisi anaerob dari organisme metanogenik dan biomassa umum.  Setelah organisme ini dikompresi, dan jika berada pada suhu yang lebih rendah menjadi minyak, dan semakin tinggi suhu (menuju inti bumi) di sana semakin banyak gas yang dihasilkan, itulah sebabnya gas alam biasanya dikaitkan dengan minyak mentah.

     Bahan bakar fosil diketahui tidak terbarukan karena mereka membutuhkan jutaan tahun untuk terbentuk, dan pada tingkat yang mereka gunakan tidak akan tersisa untuk menopang kita sampai lebih banyak terbentuk, ini dikatakan, ada alternatif lain yang  telah diperiksa. Alternatif seperti biodiesel, gas alam, minyak nabati, sel bahan bakar hidrogen, bioalkohol dan tenaga nuklir telah dibicarakan. Masalah dengan menggunakan gas alam, adalah bahwa itu juga terbatas seperti bahan bakar fosil, meskipun konsep mengompresi gas alam (CNG) adalah bahan bakar efisien energi bersih.

    Udara terkompresi juga dapat digunakan dan dikompresi sekitar 1/10 dari harga bahan bakar fosil.Sel bahan bakar hidrogen adalah cara baru ke depan;  sel bahan bakar adalah perangkat konversi energi elektrokimia.  Ini mengubah bahan kimia di dalamnya menjadi hidrogen oksigen dan air dan menghasilkan listrik;  dengan cara ini tidak menyebabkan polusi, karena ada aliran bahan kimia yang konstan sel tidak pernah mati.

   Alternatif untuk mencemari bahan bakar fosil sedang dipertimbangkan, dan merupakan bidang yang akan datang karena para peneliti baru mulai melihat bagaimana polusi benar-benar mempengaruhi lingkungan kita.

error: Alert: Mohon Maaf untuk perlindungan Hak Cipta Content, Anda Tidak Bisa Select untuk meng-copy content di web IATEK UNSRI ini!!
IATEK UNSRI

FREE
VIEW