Â
    Gas bumi merupakan sumber daya alam dengan cadangan terbesar ketiga di dunia setelah batubara dan minyak bumi. Gas alam pada awalnya tdak dikonsumsi sebagai sumber energi karena kesulitan dalam hal transportasi sehingga selalu dibakar ketika diproduksi dengan minyak bumi. Pemanfaatan gas alam di Indonesia tidak hanya untuk transportasi dan rumah tangga saja, tetapi sekarang bisa digunakan untuk industri.
    Cadangan gas bumi dalam jumlah yang besar sering ditemukan dilokasi terpencil yang jauh dari lokasi pemakai/konsumen. Apabila secara ekonomis layak dan memungkinkan, gas bumi dapat ditransportasikan melalui pipa. Tetapi apabila sumber gas bumi dan konsumen dipisahkan oleh laut dan kepulauan bahkan benua atau dipisahkan jarak dan kondisi alam yang tidak memungkinkan ditransportasikan melalui pipa, maka alternatif yang mungkin secara teknis dan layak secara ekonomis adalah dengan mencairkan gas bumi tersebut. Bila didinginkan sampai temperatur –162˚C pada tekanan 1 atm, gas alam menjadi cair dan volumenya berkurang sampai dengan 600 kalinya. Dengan pengurangan volume yang sangat besar tersebut, gas alam cair (LNG) dapat ditransportasikan secara ekonomis dalam tanker yang terisolasi.
   Salah satu faktor penyebab utama Indonesia belum bisa memanfaatkan LNG sebagai bahan bakar disebabkan karena tidak adanya usaha dari Pemerintah untuk mengenalkan LNG sebagai salah satu sumber energi yang bersih dan emisi rendah kepada masyarakat dan tidak adanya fasilitas infrastruktur yang mendukung.  Karakteristik LNG Volum 600 kali lebih kecil dibandingkan dengan gas alam sehingga dapat memudahkan transportasi karena LNG membutuhkan volum lebih kecil daripada saat berwujud gas, LNG sebagian besar terdiri dari metan, tidak mengandung sulfur dan bahan ikutan lain sehingga merupakan bahan bakar bersih, ramah lingkungan (rendah emisi) dan tidak menimbulkan kerak dalam ruang bakar, Berat jenis gas LNG lebih rendah dari udara sehingga apabila terjadi kebocoran, gas LNG akan naik ke udara, dan Tidak beracun dan tidak berbau.
   Kebutuhan energi di Indonesia terutama penggunaan diesel/solar setiap tahun selalu meningkat, dikarenakan jumlah kilang di Indonesia tidak bertambah dan produksi minyak mentah akhir-akhir ini terjadi penurunan. Sehingga penambahan konsumsi tersebut dipenuhi dengan penambahan impor minyak solar/diesel, hal ini semakin memberatkan keuangan negara . Kondisi tersebut diatas harus segera dicarikan jalan keluarnya. Salah satu sumber energi alternatif pengganti solar adalah LNG. Dengan dipakainya LNG sebagai salah satu sumber energi diharapkan akan mengurangi impor solar/disel, sehingga menghemat devisa negara serta meningkatkan daya saing industri domestik. Indonesia merupakan produsen utama LNG dunia, hampir semua LNG yang diproduksi diekspor ke luar negeri utamanya ke Jepang, Korea dan China. LNG sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun industri domestic sebagai sumber energi, hal ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi manfaat dari LNG.
   Pengunaan LNG sebagai bahan bakar mesin pertambangan/industri dan juga PLTD dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap minyak. Tentunya hal tersebut dapat dilakukan bila ditunjang dengan tersedianya fasilitas yang baik untuk distribusi LNG dari unit kilang LNG yang ada di Indonesia maupun unit converter kil sebagai alat penting untuk konversi solar menjadi gas (LNG) sebagai bahan bakar yang akan digunakan pada mesin diesel. Nilai saving cost berdasarkan fuel consumption sebesar 19 dan LNG akan sangat bermanfaat sebagai sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak.
    Untuk bisa memanfaatkan LNG sebagai bahan bakar pengganti solar maka perlu dibangun fasilitas dan infrastruktur yang baik meliputi moda transportasi, teknologi penyimpanan, maupun teknologi converter kit sehingga LNG bisa digunakan untuk menggantikan solar pada mesin disel yang ada. Berdasarkan cost saving analysis, penggunaan dual fuel (Diesel dan LNG) pada mesin, yaitu memanfaatkan LNG pada mesin diesel dapat menghasilkan penghematan sebesar 20-25% bila dibandingkan dengan menggunakan single fuel saja dengan solar.
Â