Home Blog Page 9

CARBON NANOTUBE SEBAGAI WUJUD PERKEMBANGAN NANO TEKNOLOGI DALAM BIDANG ELEKTRONIK

Istilah nanoteknologi pertama kali dipopulerkan oleh peneliti Jepang Norio Taniguchi pada tahun 1974. Nama nano teknologi diambil dari kata nanometer (nm) atau seper milyar meter, atau seper seratus ribu dari diameter rambut manusia. Nanoteknologi merupakan teknologi yang mampu mengerjakan dengan ketepatan lebih kecil dari satu mikrometer (seperjuta meter). Pengertian yang terkandung dalam kata “nanoteknologi” yang berkembang saat ini lebih dari sekedar miniaturisasi dalam skala nanometer (sepermiliar meter), tetapi suatu istilah dari teknologi dengan aplikasi yang sangat luas melingkupi hampir di seluruh kehidupan manusia. Teknologi nano adalah suatu rancangan, karakteristik, produksi dan penerapan berbagai struktur, piranti dan sistem dengan bentuk terkendali serta berukuran nanometer.

 

Dalam ukuran yang sangat kecil tersebut unsur-unsur nano justru memiliki tiga karakteristik keunggulan. Keunggulan yang utama adalah munculnya fungsi suatu zat pada skala nano. Ini didapat ketika fungsi murni atom dikumpulkan 10 hingga 100 buah, disitulah pertamakalinya kerja suatu benda atau fungsi zat muncul di dalamnya. Keunggulan kedua adalah fungsi yang telah muncul akan makin bermanfaat karena mudah dikontrol, sehingga kita dapat membentuk benda yang lebih besar dengan sifat dan fungsi yang diinginkan. Keunggulan ketiga adalah kemungkinan dapat dibentuk material baru dengan menggabungkan beberapa material dalam ukuran nano.

 

Sepanjang abad 20 banyak muncul teknologi baru yang mempunyai dampak besar terhadap kehidupan umat manusia. Industri mikro elektronik menjadi salah satu bagian dari teknologi baru tersebut. Keberadaan komponen Microelectronic yang berwujud mikro prosesor dan memori yang digunakan dalam komputer, komponen audio dari Hi-Fi dan visual yang berupa gambar di televisi. Saat ini pun di dunia tidak terlepas dari penggunaan komponen elektronik di setiap bidang kehidupan sehari-hari mulai dari sistem komunikasi yang berupa telepon, mobilephone, perbankan, kartu kredit, pemasak, pengontrol pemanas, maupun pengolah makanan.

 

Dalam 50 tahun terakhir perkembangan dari industri mikroelektronik pertama kali ditunjukkan pada Bel Laboratorium tahun 1948 yaitu pembuatan transistor bipolar, tahun 1960 muncul transistor efek medan yang pertama (FET). Sejak itu mikro elektronik industri terus berkembang, seperti yang diungkapkan oleh Gordon Moore (pendiri Intel) bahwa dalam setiap 18 bulan jumlah transistor yang menyusun mikrochip akan menjadi dua kali lipatnya, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Moore. Hal ini akan berakibat secara ekonomis, biaya setiap transistor menjadi lebih murah, penggunaan energi lebih kecil, kerjanya lebih cepat, sehinggga ke depannya teknologi cenderung membuat transistor mempunyai ukuran yang lebih kecil.

 

Penelitian tentang nanomaterial dan nanoteknologi sangat menarik pada dekade terkhir ini. Berbagai penelitian berusaha untuk menciptakan teknologi baru untuk mendapatkan sifat fisis yang lebih baik dari suatu sampel, mulai dari preparasi sampel maupun proses pembuatan. Material berbasis karbon seperti fullerens dan material lain dengan struktur grafit menarik untuk diteliti dikarenakan aplikasinya yang luas. Hal ini dikarenakan mereka memiliki sifat elektronik, mekanik, dan kimia [1,2]. Hal ini terlihat secara signifikan pada penggunaan carbon nanotube untuk penelitian. Carbon Nanotubes (CNT) adalah salah satu material berbasis karbon yang berbentuk gulungan lembaran grafen dengan panjang beberapa µm dan diameter dalam skala nanometer, sedangkan ujungnya ada yang terbuka dan ada yang ditutup dengan fullerens. Pada essay ini akan mereview tentang nanotube sebagai wujud perkembangan nanoteknologi dalam bidang elektronika.

 

Carbon nanotubes banyak digunakan oleh para peneliti sebagai building block untuk nanoelektronik, nanomekanik, nanokomposit dikarenakan keunikankeunikannya seperti struktur, sifat elektrik, kimia, dan magnetik. Sejak pertama kali ditemukan oleh Iijima, penelitian mengenai CNT dilakukan secara meluas diantaranya pengisian tabung CNT. Ujung CNT dapat dibuka, diisi dan kemudian ditutup lagi dengan bahan kimia atau dengan metode mekanis tanpa kehilangan stabilitasnya. CNT dapat diisi dengan biomolekul, logam, garam, bahan organik, dll, dalam bentuk padat, cair atau uap. CNT memiliki dinding yang kuat yang dapat melindungi bahan pengisi dari oksidasi, dari efek lingkungan, serta bahan isian tidak saling merusak satu sama lain. 

 

Di bidang nanomagnetik, material pengisian CNT dilakukan dengan memasukkan logam feromagnetik seperti Fe, Ni, dan Co. Penelitian ini menjanjikan karena perpaduan antara CNT dan material isi (filler) feromagnetik menghasilkan nilai magnetoresistan yang tinggi. Penelitian mengenai pengisian CNT dengan material magnetik banyak dilakukan karena memiliki aplikasi yang luas seperti devais penyimpanan, sensor, biomedik dan devais mikrofluidik. 

 

Ada banyak cara untuk memasukkan bahan magnetik ke dalam CNT. Pengisian dapat dilakukan selama proses sintesis CNT (in situ) dan paska sintesis dengan membuka ujung tabung CNT kemudian diisi material filler (ex situ). Metode proses pengisian yang dipilih mengacu pada diameter dalam CNT dan sifat fisis material filler (viskositas, kelarutan, titik lebur, titik didih, suhu dekomposisi, tegangan permukaan). Pengisian CNT saat proses sintesis memiliki keuntungan diantaranya integritas material filler tetap utuh serta terlindugi dari suasana paska sintesis.Akan tetapi cara ini terbatas untuk material yang dapat digunakan sebagai katalis penumbuhan CNT filling) mempunyai kelebihan dapat menggunakan seperti Fe, Co dan Ni. Sedangkan pengisian setelah sintesis (post synthesis berbagai macam material filler, akan tetapi biasanya melalui beberapa proses. Prosedur pengisian paska sintesis dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni metode kimia basah dan metode fisika yang memanfaatkan gaya dorong kapilaritas menggunakan bahan garam (molten salt).

 

Carbon nanotubes merupakan material menarik dikarenakan sifatnya yang unik, dengan hibridisasi sp2 yang dapat mem-bentuk ikatan dan ikatan. Elektron-elektron pada ikatan inilah yang dapat menghantarkan sifat elektronik. Konduktor superionik dapat diper-oleh pada temperatur yang tinggi atau diperoleh dengan proses doping. Doping ion meru-pakan salah satu metode yang mudah dan sering diaplikasikan. Ion yang ditambahkan biasanya berupa ion dari lithium halida karena ion Li+ dapat bermigrasi dengan baik di bawah sebuah medan listrik dan merupakan ion dengan diameter efektif yang sangat kecil. Pada paper ini dilaporkan hasil modi-fikasi carbon nanotubes dengan garam alkali halida dapat meningkatkan sifat elek-trik carbon nanotubes, yaitu ditinjau dari sifat konduktivitas elektriknya.

 

Jika suatu material dibuat dalam skala nano maka material tersebut akan mempuyai karakteristik unik yang berbeda dengan sifat asalnya dan fungsi yang baru serta dapat dikontrol. Dengan teknologi nano dapat dibuat transistor yang mempunyai ukuran lebih kecil, dengan kerja yang lebih cepat, dan biaya yang lebih murah. Transistor yang muncul dari sistem ini adalah Carbon Nanotube (CNT) yang banyak dipakai dalam alat-alat elektronika sekarang. Untuk menggerakkan elektron satu persatu pada transistor ini diperlukan voltase yang sangat rendah dan energi yang rendah pula serta kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan jenis transistor yang ada sekarang.

NANOTEKNOLOGI DALAM OTOMOTIF, OBJEK YANG KECIL, DAMPAK YANG BESAR

            Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah berlangsung dengan sangat cepat, termasuk perkembangan teknologi nano. Hal ini masuk akal dikarenakan benda yang memiliki ukuran partikel dalam skala nanometer memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan partikel yang memiliki ukuran bulk. Contoh keunggulan yang dimiliki oleh nanopartikel seperti memiliki kekuatan mekanik yang lebih besar dan memiliki titik leleh yang lebih rendah.

            Revolusi industri 4.0 yang saat ini sudah berlangsung di dunia menuntut adanya keterbaruan dalam seluruh hal yang berkaitan dengan industri dan tidak memberi dampak yang berbahaya bagi lingkungan seperti pada revolusi industri sebelumnya. Di Indonesia sendiri, Kementrian Perindustrian sudah menanggapi revolusi industri 4.0 dengan sejumlah strategi, diantaranya adalah fokus dalam 5 bidang yakni industri kimia, elektronik, food and beverage, tekstil, dan otomotif. Untuk mendukung supaya industri di lima bidang di atas memiliki nilai tambah dan dapat bersaing dengan produk-produk dari luar negeri perlu adanya inovasi yang digunakan, salah satunya adalah dengan penggunaan teknologi nano.

Terkhusus pada bidang industri otomotif, penggunaan nanoteknologi lebih dimaksudkan untuk menambah nilai fungsi pada perangkat-perangkat otomotif, dan memperpanjang life time dari perangkat otomotif tersebut. Contoh dari pemanfaatan nanoteknologi dalam bidang otomotif adalah dalam pembuatan nano filler. Berdasarkan fungsinya, material pengisi (filler) digolongkan menjadi tiga kelompok yakni sebagai penguat (reinforcing filler), semi penguat (semi reinforcing), dan tidak bersifat penguat (non-reinforcing filler). Beberapa bahan filler yang telah banyak beredar di pasar adalah carbon black yang termasuk ke dalam filler bersifat penguat. Namun pembuatan carbon black diketahui menghasilkan emisi berupa CO2 yang merupakan penyebab terjadinya efek rumah kaca, sehingga harus dicari solusi untuk masalah ini. Nanoteknologi dapat digunakan dalam pembuatan nanofiller yang bertujuan mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan pada penggunaan carbon black dalam pembuatan barang menjadi karet.

Pengaplikasian nanofiller pada produk olahan karet juga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan harga jual dari karet itu tersendiri dan meningkatkan perekonomi dari petani karet. Produk olahan karet dengan nanofiller yang berkualitas dan ramah lingkungan otomatis akan menjadi nilai tambah bagi produk tersebut, sehingga akan banyak konsumen yang menggunakan produk tersebut. Hal ini berimbas pada meningkatnya jumlah produksi produk, dan meningkatnya kebutuhan akan bahan baku yakni karet. Hal ini menjadi keuntungan bagi petani karet karena produk yang mereka olah laku di pasaran.

Pengaplikasian nanofiller pada industri karet sebagian besar digunakan pada bagian interior kendaraan khususnya pada automotive foam. Penambahan nanofiller pada proses pembuatan busa kendaraan dapat meningkatkan kestabilan busa tersebut pada kondisi yang ekstrim seperti suhu dan kelembaban yang tinggi. Hal ini cocok diaplikasikan di Indonesia terutama di daerah Sumatera Selatan karena memiliki suhu yang panas dengan tingkat humidifikasi udara yang tinggi. Selain itu Sumatera Selatan juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil karet terbesar di Indonesia, sehingga sangat potensial dalam pengembangan produk ini.

Selain itu, penggunaan nanomaterial dalam bidang otomotif juga bertujuan untuk pengurangan massa kendaraan, keselamatan, dan penghematan bahan bakar, pengaplikasian dalam mesin dan katalis untuk pembersihan emisi otomotif, serta pengaplikasian dalam efisiensi energi dan sel bahan bakar. Massa dari kendaraan dapat direduksi dikarenakan suatu nanomaterial akan memiliki massa yang lebih ringan jika dibandingkan dengan material berukuran bulk, dan juga memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan material berukuran bulk. Hal ini berguna dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kendaraan penyok seperti kebanyakan kecelakaan yang terjadi. Seiring dengan ringannya massa dari kendaraan tersebut, maka akan semakin kecil gaya beratnya, dan akan berdampak pada semakin kecil energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan tersebut.

Nanokatalis digunakan pada bagian saluran pembuangan emisi kendaraan yang berasal dari ruang pembakaran mesin. Pada bagian tersebut terdapat katalis yang memiliki pori-pori berukuran nano. Pori-pori yang memiliki ukuran nano tersebut akan memiliki luas permukaan yang sangat luas, sehingga daerah kontak antara nanokatalis dengan gas emisi buang akan semakin luas, dan akan semakin banyak jumlah polutan yang terserap di dalam nanokatalis tersebut.

Berkembang suatu ide dimana meletakkan solar cell pada kendaraan yang bertujuan sebagai sumber energi untuk menggerakkan kendaraan tersebut, namun hal ini masih perlu dilakukan beberapa pengembangan lagi, diantaranya adalah dengan menggunakan nanokomposit dengan matriks semikonduktor yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dari solar cell tersebut. Contoh dari nanokomposit yang telah mulai digunakan adalah TiO2 yang ditanam dalam sel semikonduktor. Efisiensi sebesar 10% dapat menghasilkan energi sebesar 0,5 kW. Energi ini hanya perlu disimpan dalam baterai untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi pada kendaraan.

Nano memang merupakan sesuatu yang berukuran kecil, namun dibalik kecilnya ukuran partikel tersebut, terdapat dampak yang sangat besar apabila digunakan secara maksimal. Melihat potensi yang telah sedikit dibahas di atas, Indonesia seharusnya dapat mengaplikasikan nanoteknologi, terutama dalam upaya untuk menjalankan revolusi industri 4.0. Oleh karenanya, pemahaman tentang ilmu nanoteknologi harus dikembangkan secara lebih intens lagi kepada seluruh lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

KALIBERAU PENGHAMBAT KRISIS MIGAS DI INDONESIA

KALIBERAU PENGHAMBAT KRISIS MIGAS DI INDONESIA

Oleh: Untung Waluyo (03031181722011)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya termasuk minyak dan gas bumi (migas). Industri minyak dan gas bumi (migas) sudah lama menjadi tulang punggung negara Indonesia. Namun Indonesia belum begitu banyak mengetahui bagaimana mekanisme pengolahan minyak dan gas (migas). Sehingga menyebabkan negara Indonesia kedepannya akan mengalami krisi migas. Dalam hal ini terdapat fakta-fakta mengenai krisisnya minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia.

Dikutip dari Liputan6, negara Indonesia saat ini kekurangan minyak dan gas, ternyata negara Indonesia saat ini sudah menjadi net oil importer dari tahun 2004, sehingga dalam hal ini mengakibatkan impor minyak Indonesia dari negara lain lebih besar daripada ekspor minyak dari dalam negeri ke luar negeri. Pada saat ini dalam negeri hanya mampu memproduksi sekitar 800 ribu barel minyak per hari, sementara konsumsi minyak dalam negeri yang dibutuhkan adalah mencapai 1,6 juta barel minyak per hari. Selain itu apabila dilihat dari sisi gas bumi, saat ini Indonesia sebenarnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan gas secara domestik. Namun, lapangan gas bumi yang ada di Indonesia kebanyakan berlokasi sangat jauh dari pemukiman dan juga jauh dari pusat industri yang mengelolah gas bumi tersebut, hal lain yang dapat menghambat juga adalah infrastruktur penerimaan gas belum begitu memadai di Indonesia, sehingga menyebabkan tidak semua gas bumi yang dimiliki alam Indonesia tidak dapat tererap dengan sempurna. Hal lain yang perlu dicermati dalam hal yang dapat menyebabkan kurangnya minyak dan gas bumi (migas) indonesia adalah  pertumbuhan konsumsi gas dalam negeri mengalami peningkatan di setiap tahunnya, dimana rata-rata pertumbuhan kebutuhan migas naik 9 persen di setiap tahunnya. Dalam hal ini apabila Indonesia dalam penambahan cadangan lambat dari pada pertumbuhan konsumsi maka akan menyebabkan Indonesia impor dari negara lain.

Indonesia apabila di bandingkan dengan negara-negara lain, masih sangat ketinggalan jauh untuk cadangan migasnya. Di kutip dari Liputan6, menurut data pada Dirjen Migas, cadangan minyak bumi di Indonesia pada januari 2016 hanya 3,3 miliar barel dan 101,2 triliun kaki kubik untuk gas. Sedangkan menurut BP Statistical Review 2016, cadangan minyak indoneia hanya sebesar 0,2 persen dari total cadangan minyak dunia. Sedangkan untuk gas, cadangan terbukti hanya 1,5 persen dari cadangan gas dunia. Tanpa adanya penambahan cadangan baru, kesenjangan antara konsumsi migas dengan produksi migas yang di hasilkan semakin melebar. Menurut data dari SKK Migas, tren lifting migas di Indonesia mengalami penurunan. Lifting migas telah turun dari 2,34 juta barel setara minyak per hari di tahun 2010 menjadi 1,96 juta barel setara minyak per hari di tahun 2015. Sehingga apabila tanpa adanya penemuan cadangan migas baru, maka lifting diperkirakan akan terus merosot menjadi 1,75 juta barel yang setara minyak per hari di tahun 2020. Cadangan minyak bumi di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk 12 tahun saja, sedangkan cadangan gas akan habis 37,8 tahun lagi. Tentunya hal ini bisa dicegah apabila penambahan cadangan migas berhasil ditemukan.

Sumber:www.jawapos.com

Secara geologis alam Indonesia masih kekayaan cadangan migas yang begitu menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan migas di Indonesia itu sendiri. Dalam kurun waktu hangat-hangat ini dunia perindustrian migas dikejutkan dengan berita penemuan cadangan gas di wilayah kerja Sakakemang, Musi Banyuasin,  Sumatera Selatan. Dimana di kutip dari Kata Data penemuan ini masuk dalam 4 besar penemuan cadangan gas terbesar di dunia pada tahun 2018-2019 dan terbesar di Indonesia dalam 2 dekade terakhir sehingga menjadi bukti bahwa alam Indonesia masih menyimpan cadangan migas dan lain itu juga dengan adalanya penemuan ini dapat pemicu untuk mencgeksplorasi keberadaan cadangan migas di alam Indonesia.

 

Sumber: http://m.katadata.co.id

Penemuan ini dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Repsol melalui sumur Kaliberau Dalam-2X. Di kutip dari JawaPos sumur Kaliberau ini diperkirakan memiliki potensi cadangan migas kurang lebih 2 triliun kaki kubik gas (TCF). Akan tetapi jumlah tersebut merupakan asumsi saat ini, sehingga masih ada kemungkinan terdapata pontensi cadangan migas lainnya di lokasi tersebut. Pada awal Februari 2019, Respol dan SKK Migas menemukan potensi cadangan dengan kedalaman sumur mencapai target 2.430 MD. Keberhasilan sumur KBD2X, akan membuka eksplorasi dengan target fractured basement di Sumatera Selatan.

Sehingga dapat dicermati dengan adanya penemuan cadangan gas di sumur Kaliberau Dalam-2X ini menjadi pemicu untuk mencegah terjadinya krisis migas di Indonesia untuk kedepannya dan dapat menambah pendapatan negara untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, di samping menambah dana bagi hasil (DBH) migas di daerah Musi Banyuasin sebagi dearah penghasil. Selain itu juga, penemuan gas ini dapat menjadikan aset vital energi negara dimana dapat memenuhi kebutuhan pembangkit listrik, penggunaan jaringan gas di daerah setempat dan juga dapat menyerap tenaga kerja lokal semaksimal mungkin, sehingga dapat meminimalisir angka kemiskinan di daerah serta untuk pembangunan Sumatera Selatan, khususnya daerah Musi Banyuasin itu sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

JawaPos. 2019. Penemuan Besar, Potensi Gas Blok Sakamemang Hingga 2 Tcf. www.jawapos/24/02/2019/penemuan-besar-potensi-gas-blok-sukamemang-hingga-2-tcf. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Liputan6. 2017. Enam Fakta Migas Indonesia yang Wajib Kamu Tahu. www.liputan6.com/read/2017/03/27/ enam-fakta-migas-indonesia-yang-wajib-kamu-tahu. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Setiawan, V. 2019. Blok Sakakemang, Temukan Gas Terbesar ke-4 Dunia dalam Dua Tahun. http://m.katadata.co.id/berita/2019/02/22/blok-sekakemang-temukan-gas-terbesar-ke-4-dunia-dalam-dua-tahun. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Wulandari, D. 2019. Musi Banyuasin Masih Potensial Sumber Migas Nasional. http://m.bisnis.com/sumatra/read/20190222/534/892239/musi-banyuasin-masih-potensial-sumber-migas-nasional. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

 

 

 

 

KETERSEDIAAN MINYAK BUMI DAN GAS

KETERSEDIAAN MINYAK BUMI DAN GAS

 

              Peningkatan pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia, serta infrakstruktur yang menunjang kemajuan perkembangan secara struktural dengan adanya populasi manusia yang memiliki berbagai aktivitas hidupnya dapat menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan terhadap energi di segala aspek penggunaannya. Semakin meningkatnya kebutuhan energi maka berbanding terbalik pula dengan adanya usaha pengembangan sumber daya energi dan pembaharuan cadangan energi baik dengan energi terbarukan maupun energi tak terbarukan yang dapat mengakibatkan krisis energi yang melanda di berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejarah perkembangan minyak bumi yaitu crude oil yang didefinisikan sebagai sebuah minyak mentah disebut dengan sebutan unprocessed oil yang dikeluarkan dari dalam tanah. Crude oil merupakan suatu (jenis bahan bakar fosil), yang secara alamiah terbentuk dari proses pembusukkan tanaman dan fosil hewan. Sebelum dilakukan tahapan eksplorasi dengan menggunakan teknik dan metode yang canggih untuk dapat menemukan minyak bumi dan gas seperti saat ini maka, dahulunya dilakukan dengan menggunakan tahapan kekuatan dengan cara supranatural untuk dapat memprediksi dimana letak keberadaan suatu minyak bumi dan gas yang ada atau dilakukan dengan cara seadanya tanpa metode yang struktural.

              Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh wilayah. Menurut Kementrian ESDM, potensi sumber daya dan cadangan mineral metalik Indonesia tersebar di berbagai lokasi yang terdapat diberbagai pelosok wilayah indonesia. Pencarian sumber minyak bumi mulai dilakukan sejak tahun 1885 dan puncaknya adalah pada tahun 1966 dimana Indonesia memulai explorasi secara besar besaran. Dengan dilakukannya explorasi Indonesia mampu mengekspor minyak dalam jumlah yang lumayan besar untuk dapat meningkatkan perekonomian. Selain minyak bumi, produksi gas bumi dan batubara juga berperan sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan pasokan energi sebagai penunjang infrakstruktur. Proses dengan menggunakan teknik produksi pada minyak yang menggunakan tahapan eksplorasi, transportasi serta penyimpanan sumber daya energi. Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, kebutuhan akan minyak dan gas berkisar 2,2 juta barrel perhari dimana 1,4 juta barrel diantaranya adalah kebutuhan terhadap minyak bumi, sementara produksi minyakIndonesia hanya berkisar 900.000 barrel perhari. Dengan kata lain, Indonesia kekurangan 500.000 barrel minyak perhari. Untuk menutupi kekurangan tersebut,Indonesia akhirnya menjadi negara importir minyak bumi, yang berdampak sangat signifikan terhadap kemampuan ekonomi nasional terlebih lagi pemerintah masih menanggung beban produksi subsidi yang sangat besar.

            Krisis energi minyak bumi di Indonesia sangat besar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang berusaha mengalihkan perekonomiannya dari berorientasi ekspor kepada berorientasi konsumsi dan peningkatan produksi yang tidak mencapai produksi. Target-target produksi minyak bumi dan gas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah setiap awal tahun, tidak dapat tercapai untuk beberapa tahun berturut-turut karena kebanyakan produksi minyak yang berasal dari ladang-ladang minyak yang sudah menua. Mengindikasikan bahwa ada keterbatasan perkembangan dalam produksi minyak,bumi dan gas yang menyebabkan kebutuhan saat ini dengan mengimpor minyak demi untuk memenuhi permintaan domestik. Penurunan produksi minyak Indonesia dikombinasikan dengan permintaan domestik yang meningkat dan mengubah Indonesia menjadi importir minyak dari tahun ketahun yang dapat mengurangi ketersediaan minyak bumi dan gas yang ada di Indonesia serta dapat mengurangi cadangan minyak bumi yang ada akibat banyaknya permintaan minyak bumi dan gas yang berasal dari dalam dan luar baik ekport maupun import hal ini dapat ditandai dengan kelangkaan bahan bakar minyak di sebagian wilayah atau kota – kota terpencil yang terpelosok yang ada di Indonesia karena sulitnya akses jalan untuk dapat mendistribusikan bahan bakar minyak dan juga dengan adanya gas alam yang dapat mengalami kekurangan struktural suplai gas dan mengakibatkan umtuk beralih dengan bahan bakar fosil yang lebih mahal dan tidak ramah lingkungan yang dapat menimbulkan efek rumah kaca jika digunakan secara terus menerus langkah yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan membatasi ekspor gas dan minyak bumi demi mengamankan suplai domestik yang diiringi dengan mendorong penggunaan gas alam sebagai sumber bahan bakar untuk konsumsi industri secara personal untuk diproduksi.

                                                                                                           

KETERSEDIAAN MINYAK BUMI DAN GAS

KETERSEDIAAN MINYAK BUMI DAN GAS

 

              Peningkatan pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia, serta infrakstruktur yang menunjang kemajuan perkembangan secara struktural dengan adanya populasi manusia yang memiliki berbagai aktivitas hidupnya dapat menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan terhadap energi di segala aspek penggunaannya. Semakin meningkatnya kebutuhan energi maka berbanding terbalik pula dengan adanya usaha pengembangan sumber daya energi dan pembaharuan cadangan energi baik dengan energi terbarukan maupun energi tak terbarukan yang dapat mengakibatkan krisis energi yang melanda di berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejarah perkembangan minyak bumi yaitu crude oil yang didefinisikan sebagai sebuah minyak mentah disebut dengan sebutan unprocessed oil yang dikeluarkan dari dalam tanah. Crude oil merupakan suatu (jenis bahan bakar fosil), yang secara alamiah terbentuk dari proses pembusukkan tanaman dan fosil hewan. Sebelum dilakukan tahapan eksplorasi dengan menggunakan teknik dan metode yang canggih untuk dapat menemukan minyak bumi dan gas seperti saat ini maka, dahulunya dilakukan dengan menggunakan tahapan kekuatan dengan cara supranatural untuk dapat memprediksi dimana letak keberadaan suatu minyak bumi dan gas yang ada atau dilakukan dengan cara seadanya tanpa metode yang struktural.

              Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh wilayah. Menurut Kementrian ESDM, potensi sumber daya dan cadangan mineral metalik Indonesia tersebar di berbagai lokasi yang terdapat diberbagai pelosok wilayah indonesia. Pencarian sumber minyak bumi mulai dilakukan sejak tahun 1885 dan puncaknya adalah pada tahun 1966 dimana Indonesia memulai explorasi secara besar besaran. Dengan dilakukannya explorasi Indonesia mampu mengekspor minyak dalam jumlah yang lumayan besar untuk dapat meningkatkan perekonomian. Selain minyak bumi, produksi gas bumi dan batubara juga berperan sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan pasokan energi sebagai penunjang infrakstruktur. Proses dengan menggunakan teknik produksi pada minyak yang menggunakan tahapan eksplorasi, transportasi serta penyimpanan sumber daya energi. Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, kebutuhan akan minyak dan gas berkisar 2,2 juta barrel perhari dimana 1,4 juta barrel diantaranya adalah kebutuhan terhadap minyak bumi, sementara produksi minyakIndonesia hanya berkisar 900.000 barrel perhari. Dengan kata lain, Indonesia kekurangan 500.000 barrel minyak perhari. Untuk menutupi kekurangan tersebut,Indonesia akhirnya menjadi negara importir minyak bumi, yang berdampak sangat signifikan terhadap kemampuan ekonomi nasional terlebih lagi pemerintah masih menanggung beban produksi subsidi yang sangat besar.

            Krisis energi minyak bumi di Indonesia sangat besar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang berusaha mengalihkan perekonomiannya dari berorientasi ekspor kepada berorientasi konsumsi dan peningkatan produksi yang tidak mencapai produksi. Target-target produksi minyak bumi dan gas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah setiap awal tahun, tidak dapat tercapai untuk beberapa tahun berturut-turut karena kebanyakan produksi minyak yang berasal dari ladang-ladang minyak yang sudah menua. Mengindikasikan bahwa ada keterbatasan perkembangan dalam produksi minyak,bumi dan gas yang menyebabkan kebutuhan saat ini dengan mengimpor minyak demi untuk memenuhi permintaan domestik. Penurunan produksi minyak Indonesia dikombinasikan dengan permintaan domestik yang meningkat dan mengubah Indonesia menjadi importir minyak dari tahun ketahun yang dapat mengurangi ketersediaan minyak bumi dan gas yang ada di Indonesia serta dapat mengurangi cadangan minyak bumi yang ada akibat banyaknya permintaan minyak bumi dan gas yang berasal dari dalam dan luar baik ekport maupun import hal ini dapat ditandai dengan kelangkaan bahan bakar minyak di sebagian wilayah atau kota – kota terpencil yang terpelosok yang ada di Indonesia karena sulitnya akses jalan untuk dapat mendistribusikan bahan bakar minyak dan juga dengan adanya gas alam yang dapat mengalami kekurangan struktural suplai gas dan mengakibatkan umtuk beralih dengan bahan bakar fosil yang lebih mahal dan tidak ramah lingkungan yang dapat menimbulkan efek rumah kaca jika digunakan secara terus menerus langkah yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan membatasi ekspor gas dan minyak bumi demi mengamankan suplai domestik yang diiringi dengan mendorong penggunaan gas alam sebagai sumber bahan bakar untuk konsumsi industri secara personal untuk diproduksi.

                                                                                                           

Resah Lautan Plastik, Limbah Kresek Dijadikan Aspal

 Foto: Mongabay Indonesia

Forum Pertemuan Tahunan World Bank dan IMF tahun 2018 membahas terkait solusi pengurangan limbah plastic sebagai bahan campuran untuk aspal. Uji coba tersebut telah dilakukan di Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, Bali. Jalan sepanjang 700 meter terkait pemanfaatan limbahan plastic sebagai campuran aspal dengan cara kering (dry process) dengan kada plastic sebesar 6% dari berat aspal. Menurut Kepala Balitbang Kementrian PUPR setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter membutuhkan campuran limbah plastic sebanyak 2,5 ton hingga 5 ton dimana apabila penelitian ini dapat terealisasikan akan mampu mengurangi banyak sampah plastik dengan jalan di Indonesia yang  ribuan kilometer.(sumber: mongabay)

Presiden Joko Widodo saat pertemuan G-20 memiliki komitmen atas pengurangan limbah plastic laut sebesar 70% hingga tahun 2025. Sampah plastic di Indonesia tahun 2019 diperkirakan mencapai angka 9,52 ton yang apabila dikonversi menjadi aspal dapat membuat jalan sepanjang 190.000 km. Aspal plastic yang dihasilkan lebih lengket dan memiliki stabilitas serta ketahanan yang lebih baik dari aspal biasa. Aspal dengan campuran plastic dapat menjadi salah satu inovasi terkini dalam mewujudkan pengurangan limbah plastic yang dibuang ke laut sebanyak 0,48-1,29 juta metric ton demi lingkungan hidup yang sehat. (Dikutip dari https://www.mongabay.co.id/2017/08/02/limbah-plastik-digunakan-untuk-aspal-jalan-ternyata-berisiko-kenapa/.)

Penelitian yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik tahun 2016, Marine debris di Indonesia didominasi oleh kantong plastic (kresek) dan residu sebesar 62%. Salah satu bahan campuran pembuatan aspal yakni polimer. Kantong plastic yang biasa digunakan merupakan contoh polimer dari jenis plastomer yang mampu untuk digunakan sebagai bahan tambahan pengeras jalanan. Bahan campuran limbah plastik untuk aspal hanya dibatasi untuk jenis LDPE(Low Density Polyehtylene) yang telah melalui proses pretreatment yaitu pencucian dan pencacahan. Cacahan limbah plastik harus memliki persyaratan kering, bersih, dan terbebas dari bahan organik dengan ukuran maksimal 9,5 mm. Limbah plastic dicampurkan melalui agregat panas di mixing plant pada temperature 170oC. Setelah dilakukan pengadukan secara kering, maka selanjutnya dilakukan secara basah dengan menambahkan aspal pada suhu 160 oC. Tahap terakhir aspal dimobilisasi ke jalanan untuk dilakukan penghamparan dan pemadatan.

Potensi pemanfaatan limbah plastik dengan penggunaan limbah plastik sebesar 6% dari kadar aspal serta probabilitas penggunaan teknologi aspal limbah plastic sebesar 50% maka limbah plastic yang dapat berkurang untuk campuran aspal polimer atau aspal plastic dapat berkurang sebesar 0,45 ton / tahun. Namun pemanfaatan limbah plastic juga terdapat dampak buruk dari penggunaannya yakni terkait potensi pemaparan racun dikarenakan plastic yang terkena pancaran sinar matahari mampu menaikan suhu aspal plastic yang berisiko menimbulkan zat dioksin yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Zat dioksin berasal dari sintesis kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan unsur halogen pada suhu tinggi salah satunya terdapat pada limbah plastic. Plastik yang terdapat di kondisi panas akan memuai serta mengeluarkan racun seperti degradasi mikroplastik yang mampu masuk ke dalam ekosistem.

Pemilihan aspal dengan campuran limbah plastic perlu kehati-hatian jika menjadikan proyek besar karena dampak buruk yang akan timbul oleh polyethylene walaupun belum ada temuan bukti tentang racun dari aspal plastic. Teknologi yang belum aman atau tersertifikasi maka belum waktunya untuk diaplikasikan secara luas. Semua usaha untuk menciptakan teknologi baru ialah untuk membantu mengurangi limbah plastic yang dibuang ke laut dan menjaga ekosistem laut serta lingkungan hidup yang lebih memadai.

Mandat B20: Langkah Awal Menuju Ketahanan Energi Nasional

0

Mandat B20: Langkah Awal Menuju Ketahanan Energi Nasional

Oleh: Sayidil Tohari (03031281722061)

     Seringkali, kita dicekoki dengan anggapan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energinya, baik dari kuantitas maupun keragaman jenis energi yang terkandung. Memang, itu bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Namun, tidak halnya dengan potensi minyak bumi.

     Per tanggal 10 September 2008, Indonesia menandatangi kesepakatan resmi untuk menghentikan sementara keanggotannya dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) karena telah beralih menjadi importir dan tidak lagi melakukan kegiatan ekspor minyak bumi.

     Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan pasti minyak bumi Indonesia pada tahun 2018 adalah sebesar 3,1 miliar barel. Jumlah ini terus menurun tiap tahunnya setelah tahun 2009 yang pernah menyentuh angka 4,3 miliar barel.

(Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

     Angka tersebut bukanlah nilai yang banyak atau melimpah karena data dari OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa cadangan terbukti minyak bumi dunia berada pada angka 1.482, 77 miliar barel. Berarti, cadangan minyak Indonesia hanya berkisar 0,2% dari cadangan minyak bumi dunia.

(Sumber: OPEC)

     Belum lagi diperparah dengan prediksi para ahli yang menyatakan bahwa apabila Indonesia tidak menemukan adanya cadangan baru, produksi minyak bumi nasional dapat terhenti dalam 11 hingga 12 tahun mendatang. Prediksi para ahli sangat mungkin untuk dicegah. Kunci keberlangsungan produksi minyak bumi nasional yaitu dengan adanya teknologi dan temuan dari cadangan terbaru. Namun hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat digunakan untuk menguras lebih.

     Terlihat seperti alarm merah bagi keberlangsungan energi nasional. Apakah kita akan menyerah dengan keadaan? “Tidak!” tentu merupakan jawaban yang diharapkan. Berkaca dengan iklim energi saat ini, pemerintah tengah berupaya mengurangi ketergantungan negara akan minyak bumi yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Salah satunya yaitu dengan menerapkan kebijakan B20.

(Sumber: Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE))

     Implementasi kebijakan B20 sudah berlaku sejak paruh akhir tahun lalu tepatnya pada tanggal 1 September 2018. Mandat B20 merupakan kebijakan pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) sebanyak 20% dengan BBM jenis solar sebanyak 80%. Sebenarnya, program biofuel ini sudah mulai diaplikasikan pemerintah sejak tahun 2006 dengan dimulai dari B3. Kenaikan persentase pertama terjadi pada tahun 2007 dari B3 ke B5. Campuran yang ditambahkan ke dalam solar menggunakan minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil).

     Berbagai jenis komoditas nabati lain juga dapat digunakan sebagai komponen campuran untuk solar, seperti tebu, ubi kayu, kedelai, ataupun jagung. Pemilihan minyak kelapa sawit sangatlah masuk akal mengingat Indonesia merajai produksi dan ekspor minyak kelapa sawit dunia. Direktorat Jenderal Perkebunan bersama Kementerian Pertanian dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat sebanyak 43,9 juta ton CPO diproduksi pada tahun 2018. Angka yang fantastis jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, yang menempati posisis kedua dengan 28 juta ton.

(Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI))

     Awalnya, B20 hanya diwajibkan bagi kendaraan PSO (Public Service Obligation) seperti kereta api. Namun, perluasan kebijakan diberlakukan kepada kendaraan non-PSO alias kendaraan pribadi. Melalui kebijakan ini, pemerintah berharap dapat menekan angka impor BBM demi penghematan cadangan devisa dan penguatan nilai tukar rupiah, serta pengurangan emisi karbon.

     Dikutip dari Kata Data, kebijakan B20 berhasil menghemat devisa sebesar Rp28,4 triliun pada tahun 2018 akibat jumlah impor solar yang berkurang. Ditargetkan hingga hampir Rp50 triliun penghematan cadangan devisa di tahun 2019 dan itu bukanlah hal yang mustahil mengingat pada kuartal terakhir 2018 saja sudah menyentuh angka sebesar itu.

     Produksi biofuel yang juga dilakukan di dalam negeri turut menambah penyerapan CPO nasional. Akan ada jutaan petani kelapa sawit yang terdampak secara langsung melalui penerapan kebijakan B20. Diperlukan adanya konsistensi dari pemerintah untuk tetap menggaungkan dan menegakkan regulasi ini demi ketahanan energi nasional yang lebih baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. 2018. Yuk, Kenali Istilah B20, B100, Biofuel dalam Bioenergi. http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/02/25/2144/yuk.kenali.istilah.b20.b100.biofuel.dalam.bioenergi?lang=en. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2019. Volume Produksi Minyak Kelapa Sawit (CPO), 2000-2018. https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/volume-produksi-kelapa-sawit-cpo-2000-2018-1550473390. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2019. Cadangan Minyak Bumi. http://statistik.migas.esdm.go.id/index.php?r=cadanganMinyakBumi/index. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Organization of the Petroleum Exporting Countries. 2018. OPEC Share of World Crude Oil Reserves. https://www.opec.org/opec_web/en/data_graphs/330.htm. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Sulmaihati, F. 2019. Selama 2018, Program B20 Hemat Devisa Rp28,4 Triliun. https://katadata.co.id/berita/2019/01/08/selama-2018-program-b20-hemat-devisa-rp-284-triliun. (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

 

error: Alert: Mohon Maaf untuk perlindungan Hak Cipta Content, Anda Tidak Bisa Select untuk meng-copy content di web IATEK UNSRI ini!!
IATEK UNSRI

FREE
VIEW