Home Blog Page 13

Illegal Drilling

0

(sumber http://www.zimsentinel.com/wp-content/uploads/2014/10/oil.jpg)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan suatu aktivitas. Dimulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat sekolah, kerja ataupun kuliah, dan sampai kita pulang lagi ke rumah untuk beristirahat. Sebagian besar aktivitas dalam kehidupan kita difasilitasi dengan minyak bumi. Bagaimana tidak? Dimulai dari sarapan, makanan yang kita makan tentunya harus diolah atau dimasak dahulu. Makanan dimasak menggunakan bahan bakar agar makanan kita menjadi matang yaitu minyak tanah apabila memakai kompor minyak dan LPG apabila memakai kompor gas. Saat kita berangkat kuliah atau kerja baik kendaraan umum atau kendaraan pribadi, memakai bahan bakar agar kendaraan itu dapat bergerak. Bahan bakar yang digunakan bersumber dari turunan fraksi minyak bumi seperti solar dan bensin. Didalam mesin kendaraan, terdapat oli yang digunakan untuk mencegah keausan mesin. Jalan yang dilewati oleh kendaraan kita, terbuat dari aspal. Aspal ini terbuat dari residu yang merupakan fraksi terakhir dalam minyak bumi,  Bahkan saat kita merayakan ulang tahun, lilin kue yang akan kita tiup serta korek yang digunakan untuk menyalakan lilinnya menggunakan bahan baku paraffin yang juga merupakan salah satu fraksi turunan minyak bumi.

Crude oil atau minyak bumi mentah diambil dari pengeboran minyak bumi yang  berada di dalam perut bumi. Minyak bumi sendiri berasal dari makhluk hidup yang tertimbun ratusan juta tahun lalu lamanya dengan proses pembusukan. Mengingat akan pentingnya kebutuhan minyak bumi di dunia ini, khususnya di Indonesia tidak menutup kemungkinan adanya oknum-oknum yang menggunakan berbagai cara untuk bisa mendapatkan minyak bumi ini. Salah satu caranya adalah dengan pengeboran minyak secara terlarang. Menurut undang – undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, bahwa kegiatan hulu migas yaitu eksplorasi dan ekspoitasi serta kegiatan hilir migas yang meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, dan niaga, yang tidak memiliki izin sebagaimana yang diatur dengan undang-undang dikategorikan dengan tindakan pidana.

Praktek pengeboran illegal bisa mengurangi pendapatan daerah dan negara yang tentunya sangat merugikan dan tidak adi untuk sebagian pihak, Kegiatan pengeboran minyak secara illegal ini tidak hanya merugikan negara, tetapi dapat membahayakan masyarakat sekitar. Sumber daya alam yang kita miliki seperti migas seharusnya dikuasi oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kebutuhan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Jika dilakukan pengeboran secara illegal, ini berarti hanya oknum-oknum tertentu yang bisa menikmati hasilnya. Selain itu, karena terbatasnya pengetahuan dan biaya, praktek pengeboran secara illegal tidak memakai cara yang benar dan tidak sesuai dengan ketentuan dalam hulu migas sehingga bisa membahayakan lingkungan masyarakat sekitar.

Dan juga, pengeboran secara illegal bisa membahayakan kesehatan manusia, kenapa? Karena dengan pengeboran illegal, manusa bisa terkena beberapa kandungan minyak mentah yang berbahaya karena terpapar langsung akibat kurangnya peralatan dan perlengkapan pelindung. Bahan berbahaya itu antara lain adalah benzene (C6H6), toluene (C7H8), cylene (C8H10) serta sejumlah logam berat seperti tembaga (cu), arsen (ar), merkuri (hg), dan timbal (pb). Zat-zat tersebut bisa menyebabkan gangguan pada pernafasan, pencernaan, bahkan menyebabkan kanker. Selain itu dampak lain yang ditimbulkan adalah bisa menyebabkan tumbuhan yang ada disekitar sumur minyak bisa tercemar oleh logam-logam yang terkandung.  Jika tumbuhan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka logam tersebut bisa berpindah ke tubuh manusia dan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatannya.

Salah satu kasus pengeboran illegal yang merugikan ini terjadi di Aceh Timur, Desa Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak. Sumur yang di bor, merupakan bagian dari wilayah Pertamina EP Aset I, yang dikelola dengan kerja sama operasi BUMD. Akibat dari pengeboran sumur illegal tersebut mengakibatkan meledaknya sumur tersebut, sehingga menimbulkan kebakaran. Dari masalah tersebut tercatat 5 korban  jiwa dan puluhan warga mengalami luka bakar akibat kebakaran sumur minyak ini.

Selain itu, kasus seperti ini terjadi di Jambi tahun 2018, dimana polisi berhasil menangkap 10 orang pelaku karena kedapatan mengangkut sekitar 20 ton minyak secara illegal. Minyak tersebut didapat dari pengeboran terlarang di daerah Bajubang, kabupaten Batanghari di Jambi. Walaupun tidak menimbulkan korban jiwa seperti kasus di Aceh Timur, tetapi kerugian materil yang dialami oleh beberapa pihak.

Setiap tahun, jumlah pengeboran sumur yang illegal terus bertambah. Bermacam modus yang dilakukan oleh pelaku misalnya seperti dengan cara menyewa tanah seseorang yang diduga mengandung minyak. Sementara itu oknum petinggi tidak berani menutup sumur minyak ilegal dengan alasan agar warga sekitar bisa mencari nafkah di lokasi yang telah digali.

 Untuk itu, pemerintah diharapkan untuk lebih menegakkan hukum bagi pelaku yang berusaha pemberantasan pengeboran minyak secara illegal dan lebih melakukan pengawasan lagi. Seperti memberikan hukuman yang berat kepada sang pelaku, dan lubang bekas pengeboran ditutup agar tidak membahayakan masyarakat sekitar dan tidak disalah gunakan lagi. Dilansir dari website migas.esdm.go.id, saat ini pemerintah telah berusaha memberantas oknum-oknum tersebut dengan membentuk satuan tugas (satgas) untuk mengatasi illegal drilling ini. Namun satgas ini belum bisa beroperasi karena terkendala oleh biaya. Hal ini sangat disayangkan, semoga satgas yang bertugas mengatasi masalah ini bisa beroperasi secepatnya untuk mengurangi maraknya illegal drilling yang terjadi di Indonesia.

 

 

referensi :

  1. https://migas.esdm.go.id/post/read/atasi-illegal-drilling-pemerintah-bentuk-satgas
  2. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180425084554-20-293338/pengeboran-minyak-ilegal-di-aceh-terbakar-lima-orang-tewas
  3. https://news.detik.com/berita/d-4427483/polisi-tangkap-10-orang-pengangkut-20-ton-minyak-ilegal-di-jambi

 

Gas Alam Untuk Kemakmuran Bangsa

 

 Abdullah Naim, JATAM Kaltim

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Berbagai macam agama, suku, adat istiadat, dan budaya berbaur bersatu di Indonesia. Keanekaragaman hayati yang didukung dengan kekayaan alam yang melimpah menjadikan Indonesia negeri yang kaya. Sumber daya alam terutama batu bara, minyak bumi, dan gas alam tersebar di sepanjang wilayah negara Indonesia ini. Ada banyak sekali industri-industri yang berkembang dan membuat pabriknya di wilayah Indonesia, Salah satu industri yang menjadi pemasok devisa negara yaitu industri minyak bumi dan gas. Akan tetapi, pemanfaatan sumber daya alam ini mengesampingkan kemakmuran rakyat selama ini.

Pemerintah melalui Presiden mendeklarasikan membangun pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW yang menandakan kemajuan bagi bangsa Indonesia dengan pembangunan pembangkit listrik yang akan menerangi seluruh wilayah Indonesia sampai ke pelosok negeri sekalipun. Tapi, dibalik kemajuan pembangunan Indonesia ada permasalah besar yang sedang dialami Indonesia. Salah satu bahan utama pembangkit listrik adalah batu bara. Batu bara itu sendiri adalah sisa-sisa makhluk hidup yang mengendap selama ribuan tahun dan membentuk batuan-batuan. Negara ini memiliki pasokan batu bara yang sangat banyak terutama di Kalimantan dan Sumatera. Eksploitasi batu bara semakin terus meningkat seiring dengan rencana pembangunan pembangkit listrik. Mungkin pilihan yang tepat bagi pemerintah untuk memakmurkan rakyatnya tetapi tidak dengan rakyat sekitar pembangkit maupun area tambang yang terkena imbas perusakan lingkungan dari tambang batu bara.

Menurut data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi batu bara tahun 2018 mencapai 548,58 juta ton. (Tulisan ini juga dimuat di www.mbisnis.com oleh Lucky Leonard). Batu bara akan terus menjadi sumber utama untuk kebutuhan PLTU. Berbagai macam keluhan maupun protes yang dilakukan masyarakat seperti yang terjadi di Jambi, sungai untuk bercocok tanam tercemar batu bara, lokasi tambang yang berjarak 500 meter lama kelamaan semakin mendekati rumah warga. Di Kalimantan Timur, lubang bekas galian tambang belum semuanya di reklamasi sehingga menyebabkan hilangnya korban jiwa yang notabene anak anak yg berjumlah 24 orang. Di Cilacap, ekspansi PLTU menimbulkan konflik lahan dan juga warga harus terpapar dampak limbah dari pengolahan batu bara itu sendiri.

Sudah saatnya ada solusi lain yang bisa ditawarkan ke masyarakat. Tidak ada lagi keluhan maupun penolakan hingga menyebabkan nyawa melayang. Pengurangan produksi batu bara patut diperhitungkan terlebih banyak dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat. Salah satu solusinya adalah peningkatan produksi gas alam. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga akhir 2017, bahan bakar pembangkit listrik yang berasal dari gas bumi atau alam hanya sebesar 24,82 % Sedangkan untuk batu bara melebihi angka 50 %. Ini mengindikasian jika Indonesia masih bergantung dengan batu bara padahal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh General Electric, jumlah simpanas gas alam di Indonesia lebih banyak lima kali lipat dari simpanan sumber daya minyak buminya. Kurang lebih ada 157,14 triliun kaki kubik (TCF) jumlah gas yang telah terdeteksi.( Tulisan ini juga dimuat di www.geologinesia.com/2017/10/pemanfaatan-gas-alam-di-indonesia.html?m=1). Belum lagi baru-baru ini sebuah perusahaan asal spanyol, repsol menemukan cadangan gas terbesar kelima di dunia. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, “ cadangan gas yang ditemukan diperkiran mencapai 2 triliun kaki kubik (TCF)”.

 Bukan tidak mungkin gas alam akan menjadi sumber utama pembangkit listrik kedepannya jika saja pemerintah bisa serius dan mau mengembangkan teknologi dengan berlandaskan aspek-aspek kemanusiaan kepada masyarakatnya. Ada tiga faktor mengapa gas alam harus menjadi pemasok kedepannya. Pertama, sumber yang melimpah. Potensi pengembangan gas alam didukung dengan cadangan gas yang besar dapat mengembangkan teknologi lain selain batu bara. Kedua, bersih dan ramah lingkungan. gas alam memiliki emisi yang lebih kecil yaitu menghasilkan karbon dioksida 45 % lebih sedikit dari batu bara. Gas alam tidak berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan dibandingkan batu bara dan juga gas alam adalah sumber yang relatif “bersih” yang hasil proses ataupun emisi buang lebih rendah dari batu bara. Ketiga, harga yang relatif sama. Walaupun gas alam memiliki harga yang lebih mahal sedikit dengan batu bara tetapi dengan stok yang melimpah diikuti dengan dampak ke lingkungan kecil harusnya pemerintah Indonesia dapat sedikit demi sedikit beralih ke energi yang ramah lingkungan dan dapat memakmurkan rakyatnya. Sudah sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia mengharapkan perubahan menjadi lebih baik lagi. Perubahan yang akan membawa keadilan, kemajuan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia.

 

PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN, SIAPKAH INDONESIA?

Indonesia merupa negara yang memiliki banyak sumber daya alam, banyak potensi energi terbarukan yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berdasarkan data dari RUPTL PLN 2016-2026, besar potensi energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan menjadi listrik melebihi besar kapasitas pembangkit listrik di Indonesia saat ini. Potensi besar tersebut terdiri dari energi matahari, energi angin, energi laut, energi biomassa, energi panas bumi, dan energi aliran air. Jadi, apabila Indonesia dapat memaksimalkan potensi ini, tidak hanya kebutuhan listrik di Indonesia, tetapi bisa juga di ekspor ke negara-negara lainnya. Tentu untuk mencapai titik tersebut diperlukan infrastruktur transmisi energi listring yang cukup, minimal untuk menghubungkan ke seluruh pulau-pulau besar di Indonesia. Dengan begitu, tiap-tiap daerah di Indonesia dapat terlibat dalam mengembangkan potensi energi terbarukan yang dimiliki sumber daya alam tiap wilayahnya masing-masing.

Namun nyatanya, berdasarkan data dari Outlook Energi Indonesia 2018 dari BPPT, saat ini energi terbarukan yang telah dimanfaatkan kurang dari 15% dari potensi yang ada. Energi terbarukan yang banyak dipakai di Indonesia adalah energi aliran air dengan kapasitas pembangkit lebih dari 4 gigawatt dilanjutkan dengan pembangkit listrik energi panas bumi dan energi matahari. Pembangkit listrik energi terbarukan tersebut pun sekitar 20%-nya merupakan pembangkit listrik off-grid atau pembangkit listrik yang tidak terhubung dengan jaringan listrik nasional. Sementara itu pembangkit listrik tenaga fosil masih sangat banyak digunakan dan mendominasi bauran energi nasional dengan pembangkit listrik tenaga gas dan batubara mengambil bauran paling tinggi dibandingkan sumber energi lainnya. Hal ini terjadi karena batubara dan gas digunakan untuk menyalakan pembangkit listrik besar yang harus andal dalam memenuhi tugasnya dalam menopang beban listrik seluruh rakyat Inodnesia pada jaringan listrik nasional. Selain itu sumber daya tersebut masih banyak tersedia di Indonesia dengan harga yang relatif murah.

Energi terbarukan tidak akan bisa menggantikan bahan bakar fosil untuk menjadi pembangkit listrik utama di Indonesia, setidaknya sampai ditemukannya penemuan baru yang akan meningkatkan kinerja dari pembangkit pembangkit energi terbarukan. Selain karena masih banyak tersedianya sumber daya alam untuk menjalankan pembangkit listrik tenaga fosil, hal ini juga disebabkan oleh karakteristik dari listrik hasil pembangkit tenaga energi terbarukan yang besarnya tidak bisa selalu tetap. Faktor ketidakpastian alam akan sangat dan selalu mempengaruhi besar listrik yang dihasilkan, seperti misalnya pembangkit listrik tenaga matahari yang besar listriknya sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari, pembangkit listrik tenaga air yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang dialami saat itu, dan masih banyak lagi. Tetapi, tentu ada pembangkit listrik energi terbarukan yang cukup stabil, yakni seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, karena prinsip kerjanya mirip dengan pembangkit listrik tenaga uap.

Penggunaan listrik oleh masyarakat tidak selalu sama dalam sehari. Ada jam-jam tertentu dimana konsumsi listrik masyarakat akan tinggi dan jam tertentu dimana konsumsi listrik masyarakat akan rendah. Pada titik konsumsi listrik masyarakat terendah, pembangkit yang digunakan adalah pembangkit berkapasitas besar yang memiliki keandalan yang tinggi sehingga energi listrik yang dihasilkan stabil. Sedangkan pada titik konsumsi listrik masyarakat tertinggi digunakan pembangkit listrik dengan skala yang lebih kecil, hal tersebut agar dapat digunakan lebih fleksibel. Pembangkit listrik terbarukan tidak bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik titik konsumsi listrik masyarakat terendah, karena sifatnya yang tidak stabil dan dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Oleh karena itu, dengan teknologi yang tersedia saat ini, penerapan pembangkit listrik energi terbarukan tidak boleh melebihi 5-10% kapasitas pembangkit konsumsi listrik masyarakat terendah agar jaringan listrik di wilayah tersebut tetap stabil.

Meningkatkan keandalan dan kestabilan sistem pembangkit energi terbarukan selalu menjadi tantangan bagi para peneliti di institusi dan industri yang bergerak di bidang energi. Di Indonesia sendiri banyak penelitian dengan topik yang menunjang pembangkit energi terbarukan. Banyak faktor yang dapat memengaruhi mulaidari teknologi hingga kesadaran masyarkat. Kesadaran, kepemahaman, dan rasa kepemilikan dari masyarakat harus menjadi aspek penting dalam menimbang kesiapan suatu daerah untuk menerima teknologi energi baru dan terbarukan sebagai salah satu solusi meningkatkan kesejahtaraan hidup mereka. Karena pada akhirnya tujuan dari pembangkit ini bukan sekedar disebarkan ke seluruh daerah, melainkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Jadi apabila ditanyakan apakah bangsa ini siap menerapkan energi baru terbarukan, maka jawabannya adalah siap. Namun saat ini penerapannya tidak untuk menggantikan pembangkit listrik skala besar (pembangkit pembangkit fosil). Sebelum bisa meningkatkan lebih jauh bauran energi terbarukan, dibutuhkan infrastruktur transmisi listrik yang lebih bagus dari saat ini ke seluruh wilayah di Indonesia, minimal ke pulau-pulau besar di Indonesia. Sedangkan untuk usaha meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, kesiapan penerapan energi baru dan terbarukan di berbagai daerah di Indonesia sudah lebih dari cukup.

MENGGALI UNTUK MATI

Indonesia dikenal sebagai negara agraris sejak dulu. Hasil pertanian dan perkebunan menjadi salah satu roda penggerak ekonomi negara. Selain itu ada juga hasil tambang, minyak bumi dan mineral yang tersembunyi dibagian bawah permukaan tanah dan laut Indonesia. Itulah yang menjadi alasan mengapa Indonesia menjadi salah satu negara yang dijajah oleh negara lain. Hasil hasil alam inilah yang biasa menjadi bahan baku utama dalam produksi-produksi kebutuhan sandang, pangan, papan dunia dan kebutuhan lainnya. Dari tahun ke tahun, angka kebutuhan masyarakat akan minyak dan gas menunjukan peningkatan, sehingga perintah dan perusahaan minyak di Indonesia harus bekerja ekstra untuk mensuplai kebutuhan minyak dan gas didalam maupun luar negeri.

Namun seperti yang kita ketahui persediaan minyak yang ada dibawah permukaan bumi itu terbatas dan tidak dapat diperbarui. Ketersediaan hasil tambang seperti batubara juga kian menipis. Di tahun 1991 Indonesia memiliki 5,9 miliar barel cadangan minyak namun jumlah ini telah menurun menjadi 3,7 miliar barel pada akhir 2014. Persedian ini akan terus menurun bila Indonesia belum menemukan cadangan minyak yang baru, dimana yang tadinya 800.000 barel per hari (bph) menjadi 700.000 bph ditahun-tahun selanjutnya. Dengan data-data tadi seharusnya kita sudah bisa mulai menggunakan energi baru yang lebih ramah lingkungan dan murah demi menyelematkan kehidupan dan mengurangi ketergantungan terhadap hasil bumi yang tidak dapat diperbarui. Ditahun-tahun seperti sekarang ini ada bahkan banyak yang lebih dulu menemukan pengganti minyak bumi sebegai bahan bakar yang kita sebut sebagai Energi Baru dan Terbarukan diantaranya matahari, air, angin, biofuel dan biomassa.

Sebagai orang-orang yang berada dalam lingkup teknik kimia kita semua dituntut untuk melakukan seluruh pekerjaan seefisien mungkin. Naah, dari energi baru dan terbarukan inilah seharusnya kita mulai, bahan yang diperlukan pun mudah di dapat. Contohnya membuat biomassa. Dimana Biomassa, dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tetapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti batu bara atau minyak bumi. Ingat Indonesai adalah negara agraris dan bahan yang digunakan berarti bisa dari sampah makanan dan kegiatan kita sehari-hari.

Dari biomassa inilah kita bisa mendapatkan biofuel untuk menggantikan fungsi minyak pada transportasi yang digunakan. Yang menarik dari biomassa adalah kebersihannya. Pengelolaan migas dan batu bara biasanya masih menyisakan residu yang menyebabkan fenomena efek rumah kaca. Sementara, pengelolaan biomassa tidak menyisakan apapun. Bahkan, gas buangan pengelolaan bisa dimanfaatkan sebagai biogas. Sejauh ini, pemanfaatan biomassa berhasil mengurangi sebanyak 4,49 juta ton CO2 gas rumah kaca. Tetapi sungguh miris ketika sampah-sampah itu malah dibakar dan mengakibatkan kadar CO2 di udara meningkat, belum lagi zat-zat kimia lainnya yang terkandung di dalam sampah tersebut. Semua itu  dapat menyebabkan pencemaran udara, bahkan sampah yang dibiiarkan dilingkungan kita akhirnya terserat air dan menyebabkan pencemaran di sungai dan laut. Alangkah baiknya sampah-sampah itu mulai kita olah menjadi biomassa, sekaligus untuk  mengurangi sampah di lingkungan sekitar. Selain sampah, bisa juga menggunakan kelapa sawit. Lahan perkebunan kelapa sawit sendiri cukup besar di Indonesia dan merupakan hasil kebun yang paling banyak dan bisa digunakan untuk membuat biofuel. Tercatat bahwa kelapa sawit dapat memberikan energi sebesar 12,6 GW. Tidak perlu menunggu pemerintah untuk mensosialisasikannya. Jika kita mencintai bumi dan lingkungan sekitar kita, kita harus mulai untuk mempersiapkan diri jika nantinya minyak bumi mulai langka. Paling tidak kita membantu pemerintah untuk mendapatkan minyak baru dengan kualitas terbaik. Mari mulai dengan sampah yang tadinya tidak berguna menjadi bermanfaat. Mari sediakan lahan untuk menanam kelapa sawit lebih banyak. Lebih baik siapkan lahan untuk menanam lebih banyak, daripada terus menggali untuk hasil yang tidak dapat diperbarui. Jangan sampai kita semua tidak siap, jangan sampai menggali untuk mati.

Sampah? Permasalahan lingkungan terbesar Indonesia

 Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Kini sampah sudah menjadi masalah yang klasik bagi setiap negara di seluruh dunia khususnya Indonesia. Hampir seluruh negara memiliki masalah dalam mengatasi timbunan sampah yang jumlahnya terus meningkat  setiap harinya. Masalah ini menjadi fokus utama karena berkaitan dengan kondisi lingkungan yang sangat memprihatinkan.

Di negeri kita ini, sampah adalah permasalahan yang tak kunjung menemukan penyelesaiannya. Meskipun pemerintah telah melaksanankan program re-use maupun re-cycle, bahkan permasalahan ini menjadi kompleks dan menjalar ke berbagai masalah lainnya, sehingga memperparah kerusakan lingkungan. “Tulisan ini juga dimuat di Website www.romadecade.org”

Polusi juga merupakan masalah lingkungan yang sebagian diakibatkan oleh sampah, baik udara, tanah, maupun air. Dimana masalah ini mendukung permasalahan lingkungan lainnya seperti banyaknya asap pabrik, kendaraan bermotor, limbah yang dibuang secara liar dan mesin lainnya yang masih banyak lagi dengan tingkat polusi udara yang  sangat tinggi. Sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang bertanggung jawab atas terjadinya global warming di dunia. Antisipasi masalah polusi ini bisa ditanggulangi dengan meminimalkan sampah plastik yang digunakan dalam keseharian seperti kantong belanjaan, sedotan, maupun yang lainnya. Sehingga secara tidak langsung, perlahan permasalahan lingkungan di Indonesia teratasi.

Kurangnya ketersediaan tempat pembuangan sampah juga menjadi masalah besar khususnya untuk menanggulangi sampah yang terus meningkat produksinya. TPA saat ini sudah tidak bisa lagi menampung jumlah sampah yang ada. Selain itu juga keberadaan TPA ini sering sekali menimbulkan permasalahan, karena banyak warga setempat yang menuntut untuk memindahkan TPA dari tempat mereka karena mengganggu proses aktivitas masyrakat. Penempatan TPA  ini juga harus memperhatikan SOP yang ada sehingga tidak berdampak buruk baik bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar.

Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan juga merupakan masalah yang sangat mendukung bagi kerusakan lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya sampah yang beserakan karena rendahnya rasa simpati dan rasa malas dalam membuang sampah pada tempatnya. Mereka menganggap bahwa akan ada tukang sampah yang membersihkannya ataupun lebih memilih membuang sampah di sungai daripada di tempat sampah yang telah disediakan. Tanpa adanya teguran ataupun tindak tegas membuat masyarakat Indonesia ini semakin manja dan hilangnya rasa empati pada lingkungan sekitar. Setidaknya menyediakan pamflet atau sejenisnya untuk mengingatkan bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan penjabaran masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah lingkungan di Indonesia ini belum bisa terselesaikan bahkan semakin kompleks dengan permasalahan lain yang mendukung kerusakan lingkungan seperti penebangan kayu liar dan lubang tambang yang dibiarkan tanpa pertanggungjawaban. Maka dari itu, perlu dilakukan peningkatan pengelolaan lingkungan, baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi dan menanggulangi kerusakan lingkungan. Penanggulangan masalah ini dapat dimulai dari kedisiplinan diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya dan sesuai kategorinya. Mari kita sama-sama menjaga kelestarian lingkungan ini untuk kelangsungan hidup yang lebih sehat, damai, dan sejahtera.

Teknologi Transportasi Barge Coselle Sebagai Upaya Peningkatan Distribusi CNG di Indonesia

 

     Bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang dibentuk oleh proses-proses alami seperti anaerobik tumbuhan, dekomposisi dan  organisme lainnya. Contoh bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas-gas alam, batubara. Menurut data yang dirilis oleh World Resources Institute(WRI) di Washington DC, Sumber emisi terbanyak di Indonesia berasal dari pertanian dan kehutanan, keduanya menghasilkan sebagian besar emisi akibat pembakaran lahan. Emisi ini dihasilkan oleh sejumlah besar konsumsi minyak mentah yang menghasilkan tingkat emisi yang tinggi. Setiap tahunnya pembakaran bahan bakar menghasilkan CO2 yang meningkat dan hal ini akan menjadi dampak besar yang global bagi lingkungan maupun kesehatan. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan pengganti sumber energi konvensional yang dinilai sangat merugikan jika terus digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Sumber energi alternatif yang diusulkan adalah gas alam. Ditinjau dari penyebabnya, salah satu cara untuk mengurangi emisi bahan bakar dapat dilakukan dengan mengganti bahan bakar minyak dengan CNG sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih ramah lingkungan dan lebih aman digunakan.

     Saat ini gas alam digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dalam bentuk compressed natural gas (CNG) dan liquefied natural gas (LNG), terutama untuk kendaraan umum di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah stasiun pengisian bahan bakar gas yang masih terbatas sehingga kendaraan umum “hybrid” masih lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk beroperasi. Padahal jika CNG dimanfaatkan sebagai bahan bakar utama sebagian besar kendaraan umum, maka hal ini dapat mengurangi tingkat polusi dikota-kota besar. Selain digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan, gas alam juga dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik yang jauh lebih bersih dari pada minyak dan batu bara, sumber bahan baku untuk berbagai industri, seperti industri pengolahan plastik, metanol, pupuk, dan baja. Dalam skala rumah tangga, gas juga digunakan sebagai sumber energi untuk memasak dan memanaskan atau mendinginkan ruangan dan air. Pemerintah Indonesia bisa mulai secara berangsur mengalihkan BBM ke CNG dengan merambahnya terlebih dahulu di sektor industri,transportasi umum seperti bus dan kendaraan berat, dan pembangkit tenaga listrik. Dengan begitu, peningkatan armada dan kualitas transportasi umum seperti bus pun akan signifikan yang berimbas pada pengurangan kemacetan, serta juga bisa mengurangi gas emisi karbon.

     Di Indonesia, transportasi CNG melalui jalur laut masih belum berkembang dikarenakan resikonya yang besar terkait teknologi CNG yang masih baru. Selain itu karakteristik perairan di Indonesia adalah perairan dangkal (shallow water) sehingga belum ada perkembangan teknologi kearah sana. Padahal dengan CNG, negara Indonesia bisa melakukan penghematan subsidi BBM sekitar 452 miliar rupiah pertahunnya (Penetapan harga jual Vi-gas, 2009). Oleh  karena itu, teknologi transportasi CNG yang memenuhi kriteria wilayah di Indonesia sangat penting. Mengingat jarak antar pulau di Indonesia yang relatif dekat dengan perairan yang dangkal serta masyarakat yang heterogen yang telah berkembang. Dan kapal tongkang (barge) merupakan jawaban yang tepat dalam transportasi CNG ke pulau-pulau di Indonesia. Dengan memakai konsep CNG Coselle, yaitu dengan mengganti kapal yang digunakan dalam pengangkutan, yang awalnya adalah tanker kemudian menjadi barge. Hal ini dimungkinkan untuk melakukan distribusi CNG ke berbagai wilayah di Indonesia.

     Transport CNG di laut juga menjadi kendala dikarenakan biaya yang tinggi dan volume CNG yang sedikit. Hingga saat ini distribusi CNG dan gas alam lainya masih menggunakan tanker ship, ini membuat gas alam tidak bisa didistribusikan merata dikarenakan kapal tanker membutuhkan alutsista pelabuhan yang memadai dan kedalaman air yang cukup dalam untuk bongkar muat. Oleh karena itu penulis mengusulkan teknologi penyimpanan CNG coselle yang diletakan di kapal barge yang ditarik oleh kapal tongkang (Barge Coselle) sehingga mampu menjangkau seluruh perairan Indonesia hingga kepulauan yang terluar. Penggabungan teknologi coselle dan mendistribusikan CNG dengan kapal barge yang ditarik oleh kapal tongkang dapat menjadi solusi dari permasalahan transportasi ini dimana distribusi CNG akan lebih praktis dan dapat menjangkau pulau-pulau kecil di wilayah terluar di Indonesia. Coselle  merupakan bejana berbentuk pipa dengan diameter 6 inci dan panjang 21 kilometer yang digulung kemudian diletakkan diatas kapal barge. Teknologi Coselle juga mengurangi biaya produksi dengan pipa yang jauh lebih sedikit daripada penyimpanan produksi CNG normal. Coselle  juga menghemat biaya karena CNG yang ditampung siap digunakan tanpa pemrosesan kembali. Perairan Indonesia yang relatif dangkal dengan kedalaman sekitar 300 -1000 meter merupakan sebuah keuntungan dalam pendistribusian menggunakan kapal tongkang.

     Indonesia memiliki cadangan gas alam yang besar.Untuk memaksimalkan potensi itu menggunakan bahan bakar gas sebagai bahan utama dapat menghemat biaya dan mengurangi emisi bahan bakar. Mengunakan metode Kapal Barge Coselle sebagai bejana penampung CNG merupakan cara yang efisien untuk mendistribusikan CNG di seluruh perairan dangkal Indonesia. Menggunakan Coselle sebagai bejana merupakan cara yang paling efisien daripada LNG dan jaringan pipa. Berdasarkan pemaparan singkat ini, penulis ingin menyampaikan mengenai besar harapannya kepada Pemerintah Indonesia untuk secara cepat melihat keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan CNG sebagai bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan teknologi coselle dan kapal barge sehingga dapat memenuhi kebutuhan logistik akan bahan bakar gas di Indonesia sehingga menjadikan pengunaaan bahan bakar yang ramah lingkungan dan aman bagi Masyarakat Indonesia.

 

Biodiesel dari Pemanfaatan Minyak Biji Bunga Matahari sebagai Energi Alternatif Pengganti Minyak Bumi

0

Biodiesel dari Pemanfaatan Minyak Biji Bunga Matahari sebagai Energi Alternatif Pengganti Minyak Bumi

Oleh : Tri Utami

Universitas Sriwijaya

   

     Minyak Bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang berasal dari fosil dan tidak bisa diperbaharui. Kebutuhan masyarakat terhadap minyak bumi semakin meningkat setiap tahunnya, sedangkan ketersediaan minyak bumi di Indonesia pun semakin berkurang, dan minyak bumi juga tidak bisa diperbaharui. Kelangkaan minyak bumi dan meingkatnya permintaan pasar terhadap minyak bumi, ditambah lagi kenaikan harga minyak dunia menyebabkan terjadinya pula kenaikan harga minyak bumi di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintah diharuskan melakukan kebijakan impor minyak, sementara di sisi lain kelangkaan minyak bumi perlu segera diatasi, salah satunya dengan melakukan penghematan terhadap penggunaan minyak bumi ini.

 Salah satu upaya untuk menghemat penggunaan minyak bumi adalah dengan menciptakan energi alternatif sebagai bahan pengganti yang bisa diperbaharui. Energi alternatif merupakan istilah untuk semua energi yang bisa digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Hal ini merujuk pada teknologi untuk menciptakan bahan bakar pengganti minyak bumi, karena minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, energi alternatif merupakan energi yang dapat digunakan berulang-ulang, jumlahnya berlimpah, proses pengolahannya tidak merusak alam, tidak berbahaya bagi lingkungan, aman, tidak menimbulkan penyakit akibat pengolahan maupun penggunaannya, dan juga ramah lingkungan. Ada berbagai macam energi alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan penggunaan minyak bumi. Salah satunya yaitu biodiesel. Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif energi terbarukan. Biodiesel dapat membantu meminimalisir ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil (minyak bumi). Biodiesel merpakan produk dari reaksi kimia dari minyak nabati yang memiliki sifat seperti solar. Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan dengan mengkonversi trigliserida (komponen utama minyak nabati) menjadi metil ester asam lemak, dengan memanfaatkan katalis pada proses metanolisi atau esterifikasi. Teknologi biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu mengurangi impor Bahan Bakar Minyak, meningkatkan kesempatan kerja dalam artian membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan telnologi pertanian dan industri di dalam negeti, memperbesar basis sumber daya bahan bakar minyak nabati, mengurangi pemanasan dan pencemaran udara karena biodiesel ini merupakan energi yang ramah lingkungan. bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan solar. Selain itu, biodiesel ini memiliki cetane number yang lebih tinggi dan pemanasan lebih sempurna.  Minyak nabati tersebut bisa didapat dari berbagai jenis tanaman seperti tanaman jarak, randu, kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri, kacang tanah, biji bunga matahari, dan lain sebagainya.

     Kandungan minyak pada biji bunga matahari cukup besar yaitu sekitar 48%-52%, namun hanya dimanfaatkan sebagai minyak bumi. Di sisi lain, kandungan minyak yang cukup besar dari biji bunga matahari ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi yaitu biodiesel. Minyak biji bunga matahari merupakan trigliserida yang tersusun atas asam lemak dan gliserol yang memiliki rantai karbon panjang. Biji bunga matahari ini juga mengandung 45%-50% lipid, sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan bakar alternatif. Produk yang ingin diperoleh dari proses pengolahan biji bunga matahari ini adalah metil ester, yang bisa digunakan untuk menggantikan minyak bumi.  Metil ester merupakan bahan kimia dasar turunan minyak dan lemak, yang diproduksi dengan proses alkoholisis, dimana minyak atau lemak tersebut direaksikan dengan methanol atau biasa disebut dengan proses methanolisis. Biodiesel bisa dibuat dari pengolahan minyak biji bunga matahari dengan proses foolproof. Proses foolproof ini terdiri dari empat tahap. Minyak yang dihasilkan dari biji bunga matahari kemudia diekspor sebagai crude oil (minyak mentah) atau bisa diartikan dimurnikan pada tahap pertama, yaitu proses degumming, yakni dengan menamnbahkan air panas dan dikombinasikan dengan centrifuge. Minyak tersebut kemudian dicuci dan diharumkan dengan proses pemanasan atau proses pendingingan dan penyaringan akhir, yang tidak membutuhkan proses hidrogenasi. Proses degumming ini berguna untuk memisahkan gum yang berupa phospatida dengan tambahan asam phospat (H3PO4). Tahap yang kedua adalah tahap esterifikasi, yaitu penambahan larutan NaOCH3 10% untuk menetralkan kandungan asam lemak bebas. Kemudian tahap yang ketiga adalah proses transerifikasi yang berguna untuk mereaksikan triglisarida dalam minyak dengan methanol membentuk gliserin dan metil ester yang digunakan sebagai biodiesel. Kemudian untuk tahap yang terakhir adalah tahap refinery atau tahap pemurnian biodiesel untuk memperoleh biodisel dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

     Berdasarkan uraian diatas, dapat kita lihat bahwa permintaan pasar yang tinggi terhadap minyak bumi yang langka dapat diatasi dengan menggantinya dengan energi alternatif. Ada banyak jenis energi alternatif, yaitu methanol, biomassa, biodiesel dan lain sebagainya. Akan tetapi, semua jenis energi itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita sebagai manusia yang menggunakan minyak bumi untuk lebih menghemat penggunaan dan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar yang bisa digunakan untuk menggantikan penggunaan minyak bumi.

 

 

PETROLEUM FUND & BIOENERGI SEBAGAI SOLUSI MENIPISNYA CADANGAN MINYAK BUMI INDONESIA

 

     

      Belakangan ini daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor semakin meningkat. Selain digunakan sebagai kebutuhan transportasi sehari-hari ataupun kebutuhan berdagang, kendaraan bermotor saat ini juga digunakan sebagai kendaraan taksi online dan ojek online. Akibat dari pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang transportasi sehingga hal ini membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sebagai driver online. Akan tetapi, peningkatan daya beli masyarakat terhadap kendaraan tidak didukung oleh ketersediaan bahan bakar yang cukup sehingga pemerintah harus menyediakan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.  

      Kendaraan-kendaraan di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar minyak kendaraan bermotor, sedangkan bahan bakar fosil jumlahnya sangat terbatas dan merupakan energi tidak terbarukan. Dengan jumlah yang terbatas, pada suatu saat bahan bakar fosil yang dalam hal ini adalah minyak bumi tidak akan lagi mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat sehingga terjadilah krisis minyak bumi. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar “Dengan asumsi produksi konstan 800.000 barel per hari tanpa adanya temuan cadangan minyak bumi baru, maka dalam 11 – 12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu lagi memproduksi minyak bumi. Teknologi eksploitasi minyak bumi saat ini hanya dapat mengambil 40%-50% persen cadangan minyak dari dalam perut bumi.

    Faktor teknologi dan temuan cadangan minyak bumi baru adalah kunci keberlangsungan produksi minyak bumi di Indonesia. Akan tetapi, proses eksplorasi cadangan minyak bumi baru mengalami kendala dalam hal ekonomi dan supply dana dari pemerintah yang menyebabkan cadangan minyak bumi nasional tidak kunjung bertambah. Untuk mengatasi hal ini Bambang Dwi Djanuarto, Lead External Relation Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan di dalam regulasi yang sudah disiapkan, yakni draft Rancangan Undang-Undang (RUU) migas sudah ada mekanisme pengaturan dana yang dikeluarkan dari penerimaan migas yang disetorkan ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk petroleum fund, yaitu menyisihkan 10%-20% bagian pendapatan dari penerimaan migas tidak masuk kedalam APBN tetapi dikelola untuk mencari cadangan minyak baru. Apabila hal ini terwujud maka eksplorasi minyak bumi akan dapat dilanjutkan dengan baik.

    Solusi lain dalam mengatasi kebutuhan bahan bakar masyarakat adalah bioenergi. Bioenergi menghasilkan beberapa produk antara lain  biodiesel, bioethanol, biogas, Mikrobial Fuelcell, biomass, vegetable oil dan biodiesel to gasoline. Pada awalnya, bio fuel berasal dari minyak nabati yang berasal dari jagung, singkong, gandum, sagu dan lain sebagainya namun hal ini menyebabkan masalah dalam kebutuhan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, para ahli kemudian mengembangkan bio fuel yang berasal dari bahan yang mempunyai lignoselulosa misalnya: jerami, sekam, limbah kelapa sawit, limbah tebu, kayu-kayuan, rumput dan bahan lainnya yang kemudian dikembangkan lagi bio fuel yang memanfaatkan alga sebagai bahan baku.

     Penggunaan bioenergi seperti biodiesel dapat menghemat sumber energi yang tidak terbarukan dan berkurangnya biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Penggunaan sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga akan akan membuka peluang usaha bagi para petani. Bioenergi merupakan alternatif yang mampu menjadi solusi tepat dalam mengatasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia karena tidak lama lagi apabila tidak ditemukan cadangan minyak bumi baru maka Indonesia akan mengalami krisis minyak bumi.

   Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ketersediaan cadangan minyak bumi kita perlu mengembangkan teknologi terbarukan yang mampu mendukung eksplorasi minyak bumi dan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mendukung usaha tersebut. Sumber dana eksplorasi dapat diperoleh dari petroleum fund. Usaha lain untuk mengatasi masalah ini adalah pengembangan bio fuel seperti bioethanol, biogas, Mikrobial Fuelcell, biomass yang berasal dari makhluk hidup. Kita berharap hal ini dapat segera terwujud guna kemajuan Indonesia menjadi negara yang tidak terlalu bergantung pada negara lain apalagi sampai mengimpor bahan bakar yang sangat banyak sehingga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tentunya dengan peran semua pihak baik masyarakat, perusahaan, dan pemerintah yang saling bekerja sama. 

error: Alert: Mohon Maaf untuk perlindungan Hak Cipta Content, Anda Tidak Bisa Select untuk meng-copy content di web IATEK UNSRI ini!!
IATEK UNSRI

FREE
VIEW