“Wisuda Unsri berantakan”, demikian bunyi headline salah satu harian di Palembang. Persepsi yang timbul dari judul ini tentunya adalah pelaksanaan wisuda yang tidak sesuai dengan semestinya, tidak terkoordinir dengan baik atau tidak mengikuti SOP yang ada. Bisa jadi ini disebabkan oleh faktor internal universitas atau eksternal unsri. Semestinya judul itu diberi sub title : Gara-gara kemacetan lalu lintas karena truk pengangkut batubara terguling. Dengan demikian persepsi khlayak tidak digiring ke faktor internal tadi, walaupun pada kenyataannya ada keterkaitan kedua faktor tersebut dengan terlambatnya pelaksanaan wisuda ke 101 tersebut. Gara-gara kemacetan tsb Rektor dan PR2 harus menumpang KA, PR3 numpang motor mahasiswa, anggota senat terlambat hadir!. Pernyataan tegas dari PR1 tidak ada pembatalan wisuda atau wisuda susulan karena peristiwa ini patut didukung karena faktanya hal ini terjadi bukan karena kelalaian pihak Unsri.
Terjadinya kecelakaan lalu lintas terutama karena tergulingnya truk batubara di jalan lintas timur (khususnya Palembang-Indralaya) sudah sering terjadi. Namun kecelakaan kali ini bertepatan dengan salah satu kegiatan seremonial berupa wisuda. Suatu momen penting yang menandai selesainya proses pendidikan formal di jenjang S0 sampai S3 di Universitas Sriwijaya. Momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh alumni dan keluarganya. Hari itu mereka secara resmi menerima kembali putra-putri yang telah digembleng oleh universitas selama beberapa waktu. Boleh jadi ini merupakan kesempatan yang cuma terjadi sekali seumur hidup. Namun sayang, ada yang terpaksa tidak dapat mengikuti acara tersebut atau malah terlambat datang karena terjadinya kemacetan lalu lintas yang luar biasa pada saat itu. Bukan itu saja, mahasiswa, karyawan dan dosen Unsri, karyawan instansi pemerintahan Ogan ilir sampai truk pengangkut sayur juga ikut menjadi korban karena kejadian tersebut.
Kepadatan lalu lintas di jalur Palembang-Indralaya mungkin tidak terbayangkan akan terjadi pada saat Unsri pindah lokasi ke Ogan Ilir delapan belas tahun yang lalu. Semua berharap kepindahan Unsri ke Indralaya akan membuat suasana perkuliahan yang nyaman, hijau, bersih dan terhindar dari hiruk pikuk kota metropolis terutama kemacetan. Saat ini keluhan terhadap situasi lalu lintas sepanjang Palembang-Indralaya telah muncul berulangkali di media. Jalan yang berlubang disana-sini, jalur yang sudah tidak sesuai lagi dengan volume kendaraan yang melintas sampai pada tidak disiplinnya para pemakai jalan. Kecelakaan yang terjadi mungkin saja berupa kecelakaan tunggal akibat kecerobohan pengemudi, mengantuk, kelebihan tonase dll. Berapa banyak kerugian harta, waktu, dan nyawa yang hilang karena kecelakaan lalu lintas yang terjadi karena ketidakdisplinan dalam berlalu lintas.
Semua orang berebut ingin sampai di tujuan secepatnya sehingga kalau tidak dapat mendahului dari kanan, menyalib dari kiri dan turun dari badan jalan. Semua berusaha menunjukan “kelihaian”nya dalam mengemudi dengan cara yang tidak sepatutnya. Jalur yang semestinya hanya untuk dua kendaraan diubah menjadi empat kendaraan tanpa ada rasa bersalah telah menambah kemacetan yang ada. Anehnya…sepertinya semua sudah maklum dengan keadaan ini!. Pengalaman saya yang sering terjebak dalam kemacetan menunjukan bahwa sesama supir sepertinya ‘maklum” saja bila ada kendaraan yang menerobos jalur dan berhenti ditengah-tengah jalan. Akibatnya kemacetan pun makin menjadi-jadi. Sementara petugas kepolisian seringkali datang terlambat, sehingga agak sulit mengurai kekusutan lalulintas. Ditengah-tengah kemacetan seperti ini seharusnya petugas bertindak tegas. Bila perlu semua kendaraan yang malang melintang ditengah jalan dan menyebabkan kemacetan ditilang. Disiplin berlalu lintas di Palembang ini tidak cukup dengan himbauan saja tapi harus dengan tindakan tegas!.
Pelebaran jalan Palembang-Pemulutan dan jembatan keramasan 2 sepertinya “tidak jadi-jadi” setelah “sekian lama aku menunggu”. Belum lagi jembatan Musi 3 yang baru akan dimulai pengerjaannya tahun 2014. Kita tidak ingin kejadian terhambatnya wisuda unsri terulang lagi di masa depan gara-gara kemacetan lalu lintas. Walaupun kita juga maklum bahwa tidak ada satu manusiapun di muka bumi ini ingin mengalami peristiwa kecelakaan. Tetapi kecelakaan dapat dihindarkan dengan meminimalisir faktor penyebabnya. Berbagai cara telah dilakukan, membatasi jam truk batubara masuk kota Palembang setelah pukul 18.00, menutup Ampera untuk dilewati truk dll. Membatasi jam truk batubara masuk kota setelah pukul 18.00 mungkin cukup efektif mengurangi kepadatan lalu lintas. Tetapi melarang truk melewati Jembatan Ampera mengakibatkan lalulintas di Musi 2 dan Keramasan bertambah padat. Kembali, ini semua menyangkut masalah mentalitas para pengguna jalan yang juga perlu dibenahi!.