Selama ini mungkin yang terbayang dalam pikiran seorang mahasiswa teknik kimia adalah bekerja di pabrik kimia setelah lulus menjadi sarjana. Makanya tidak mengherankan jika mayoritas alumni berprofesi di industri kimia. Berapa besar persentasenya, mungkin jurusan, IATEK atau IMATEK bisa menampilkan pie chart-nya dari data-data alumni.
Padahal sebetulnya menjadi PE atau petroleum engineer adalah karir yang menjanjikan bagi sarjana teknik kimia. Tidak sedikit dari alumni teknik kimia dari universitas mana pun yang sukses menapak karir di dunia perminyakan, khususnya di industri hulu (exploration & production). Salah satu VP di PT. Chevron Pacific Indonesia adalah alumni teknik kimia ITB. Alhamdulillah saya sendiri sekarang juga sudah menjabat sebagai salah satu manager aset di Sumatra, tepatnya Balam AMT (assets management team), setelah sebelumnya menjadi team manager PE (2009-2011) di Bangko AMT.
Perusahaan migas sendiri membuka peluang menjadi PE umumnya bagi sarjana teknik perminyakan (tentu saja), teknik kimia, teknik fisika. Disiplin PE sendiri sebetulnya cukup lebar, mulai dari drilling engineer, completion engineer, production engineer, reservoir engineer, simulation engineer, dan planning engineer. Malahan terbuka juga peluang menjadi chemical engineer, facility engineer, process engineer, corrosion engineer, HES atau environmental engineer hingga procurement atau contract engineer bagi (calon) sarjana teknik kimia di industri hulu migas. Cukup luas bukan peluang untuk kita?
Di CPI, alumni teknik kimia UNSRI sedikit sekali. Selain saya, teman satu angkatan sekarang menjadi senior planning engineer setelah berkarir sebagai PE. Satu orang lagi teman angkatan menjadi team manager fire & safety. Dulu ada 2 orang alumni TK angkatan 1990 yang menjadi facility engineer, keduanya perempuan, namun telah berhenti dan memilih berkarir sebagai ibu rumah tangga. Angkatan terbaru (sdri. Henny Gustina) justru menjadi completion engineer, yang banyak bergelut dengan rig untuk perawatan dan pekerjaan komplesi sumur.
Saya masih belum begitu mengerti kenapa sedikit sekali alumni TK UNSRI yang masuk ke CPI, apakah tidak banyak yang tahu ada lowongan (silakan cek http://www.chevron.formycareer.com/) sehingga tidak melamar, tidak lolos tes atau tidak berminat sama sekali. Jika tidak lolos tes, harapan saya jangan patah semangat. Aptitude test bisa dipersiapkan dengan latihan mengerjakan soal-soalnya atau sering ikut seleksi, begitu juga dengan wawancara, ada teknik yang perlu dikuasai sehingga penampilan kita meyakinkan recruiter bahwa saya adalah kandidat yang tepat yang mereka cari. Mudah-mudahan artikel singkat ini menggugah semangat adik-adik untuk berkarir di industri hulu migas.