Saya termasuk salah satu orang yang beruntung mendapatkan beberapa beasiswa di bidang pendidikan. Sewaktu SMP dulu, saya mendapat beasiswa berupa kursus bahasa Inggris gratis selama beberapa bulan karena mendapatkan ranking di kelas. Semasa SMA mendapatkan beasiswa uang tunai dari yayasan alumni juga karena prestasi yang cukup lumayan waktu di kelas 1. Setelah kuliah di TK-UNSRI, alhamdulillah mendapat beasiswa supersemar di tahun ke-4, warisan dari ketua senat FT sebelum saya.
Saat ini, gantian memberikan beasiswa melalui IATMI dan SPE serta yayasan pendidikan yang saya kelola untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk tingkat pendidikan SD-SMA. Di IATMI dan SPE kebetulan sekarang menjadi pengurus inti, dan sasaran beasiswa kepada mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu juga di wilayah Sumatra.
Beasiswa tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk alumni yang sudah bekerja. Banyak sekali sebetulnya peluang beasiswa di luar negeri dan juga dalam negeri yang bisa dimanfaatkan, seperti chevening, STUNED, ADS, JEMBA, KSU, Sampoerna, bappenas, bakrie, dan lain-lain. Jika mau sedikit rajin, informasinya bisa ditemukan melalui mesin pencari.
Alhamdulillah saya mendapatkan salah satu yang cukup prestisius, yakni beasiswa chevening dari foreign commonwealth office melalui british council. Beasiswa ini saya dapatkan tahun 2004-5, tapi baru saya ambil tahun 2006. Dengan beasiswa inilah saya kuliah selama satu tahun di Imperial College, London, mengambil master degree di bidang petroleum engineering. Salah satu referensi saya adalah Ibu Farida Ali dan almarhum Bapak Ali Fasya Ismail. Pengalaman satu tahun tersebut benar-benar luar biasa, karena saya membawa istri dan empat orang anak, dan anak ke-5 lahir di awal musim dingin yaitu di bulan November 2006, di mana perkuliahan dan tugas-tugas juga sedang padat-padatnya. Di kemudian hari ternyata episode tersebut menjadi titik awal perubahan mendasar dalam karir saya.
Sebetulnya tahun 1995 saya sudah pernah mengirim lamaran beasiswa ini ke british council Jakarta tapi tidak mendapat tanggapan sama sekali. Mungkin karena pengalaman kerja baru 2 tahun. Tahun 1996 perusahaan (PT. CPI) membuka peluang bagi karyawannya untuk mengambil program MM atau MBA kelas eksekutif yang ditaja bersama dengan ITB. Dari seratus dua puluh lebih karyawan yang bertarung dalam ujian seleksi, alhamdulillah saya termasuk 30 orang yang berhasil terpilih. Saya jalani kuliah selama 2 tahun setiap akhir pekan menempuh perjalanan 120 km dari tempat tinggal.
Namun rupanya titel MM atau MBA tidak serta merta merubah karir saya ketika itu sebagai seorang chemical engineer. Pada tahun 2003, saya melamar langsung ke UMIST di Manchester untuk mengambil program master di bidang corrosion engineering, karena saya pikir cocok dengan pekerjaan pada waktu itu. Saya diterima, tapi sayangnya harus bayar sendiri, yang tentu saja mustahil bagi saya. Upaya membujuk atasan dan manajemen perusahaan untuk mensponsori juga gagal, Itulah sebabnya tahun berikutnya saya melamar beasiswa chevening. Yang saya ingat lamaran cukup njelimet, termasuk motivasi dan mengarang apa kontribusi saya untuk negara ini jika kelak terpilih menerima beasiswa dan menyelesaikan S2 di Inggris. Alhamdulillah saya dipanggil ikut tes tertulis untuk aptitude test, English test (termasuk writing) dan lolos hingga ke wawancara.
Lulus wawancara belum menjadi jaminan, kecuali mendapatkan IELTS score minimal 6.5 (saya dapat 7.0) dan diterima oleh universitas di UK. Alhamdulillah semua bisa dilalui. Kenapa chevening, sebab batasan umur paling tua yakni sampai 40 tahun, sementara yang lainnya maksimal 35 tahun. di samping itu, kuliah di Inggris paling singkat, hanya 1 tahun untuk S2. Untuk alumni perguruan tinggi luar jawa juga ada pengutamaan, jadi ini peluang bagi alumni TK UNSRI. Selamat berburu beasiswa bagi yang masih punya kesempatan.