Sekedar mengingatkan kembali lebaran tahun lalu.
Atmosfir ramadhan terasa indah karena kegiatan ibadah di mesjid, surau dan langgar semarak di bulan penuh berkah ini. Laki dan perempuan, tua muda, dewasa dan anak anak semua menyambut bulan yang suci itu dengan segenap kegembiraan. Bagi sebagian anak anak bulan ini menjadi kesempatan untuk bermain di malam hari sambil menyulut petasan dan kembang api. Sepuluh hari pertama bulan Ramadhan penuh dengan jemaah yang sholat tarawih dan witir serta mengerjakan amalan lainnya di bulan baik ini. Sepuluh hari kedua jemaah mulai menyusut. Barisan shalat tarawih mengalami kemajuan. Shafnya yang maju karena jemaah semakin berkurang. Sepuluh hari terakhir apalagi seminggu menjelang Iedul Fitri jemaah semakin sedikit. Banyak yang sudah mulai pulang kampung alias mudik. Koran dan TV hampir tiap malam mengabarkan pergerakan massa secara serentak, mirip demo di seluruh kota besar. “Malam ini adalah puncaknya arus mudik”, lapor seorang reporter TV dari atas kendaraannya.
Banyak peristiwa dan kejadian yang terus berulang setiap tahun. Pembagian zakat yang menimbulkan korban jiwa. Kendaraan pemudik yang bertabrakan atau mengalami kecelakaan. Rebutan naik bus atau KA dan kapal laut menjadi pemandangan yang biasa pada saat menjelang hari raya. Barisan pengemis dadakan muncul dengan alasan minta zakat dan sedekah. Harga sembako dan daging melonjak tajam. Hal hal ini ditingkahi pula oleh kejadian kriminal mulai perampokan, jambret, penodongan sampai perkosaan dan pembunuhan.
Sementara itu Kementrian Pekerjaan Umum sibuk mengurusi jalan jalan di beberapa tempat. Tujuannya agar pemudik dapat berkendara dengan nyaman. Yang menjadi pertanyaan kenapa perbaikan jalan selalu dilakukan pada saat bulan puasa dan menjelang hari raya?. Kenapa perbaikan tidak dilakukan sepanjang tahun agar kerusakan tidak bertambah parah.
Pak polisipun tak mau ketinggalan mendirikan posko posko dan melakukan operasi menjelang lebaran. Tidak lain tujuannya agar semua merasa aman merayakan lebaran. Pertamina dan bengkel kendaraan sibuk menyiapkan BBM (yang masih juga sering kehabisan) dan perawatan kendaraan. Sama sibuknya dengan seorang ayah mencari baju lebaran buat putra putrinya atau ibu yang menjelajahi pasar tradisional sampai ke mal-mal untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Sementara sang copet makin merajalela memanfaatkan kelengahan kerumunan massa.
Wajar jika permintaan meningkat maka harga-harga akan semakin meningkat pula. Semua orang menjadi sibuk dan bergairah luar biasa. Sekali setahun perputaran uang yang luar biasa di Indonesia dapat dipastikan terjadi pada bulan Ramadhan. Semua berlomba menghabiskan gaji, honor, bonus atau THRnya. Bayangkan..penarikan uang tunai selama Ramadhan 1432 H ini mencapai 77 trilyun!.
Mungkin satu satunya negara di dunia ini yang sibuk menaikan tuslah angkutan umum, dan tiket pesawat terbang menjelang dan saat lebaran adalah Indonesia. Tiket KA, kapal laut dan pesawat habis dipesan walau ramadhan belum tiba. Dulu, kantor pos menjadi sangat sibuk melayani pengiriman kartu lebaran. Kemajuan teknologi mengakibatkan pengiriman kartu lebaran merosot tajam dan digantikan oleh short message service alias SMS. Kantor pos sekarang kebanyakan sibuk mengirim paket lebaran saja, karena hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan oleh operator telepon seluler.
Semua orang berebut-rebut ingin pulang kampung. Berjumpa dengan orang tua, sanak saudara, jiron dan tetangga di desa. Kota menjadi sepi, senyap dan roda perekonomian mendadak berhenti berputar. Sebuah tradisi yang sepertinya tidak akan habis sampai hari kiamat.
Mengapa kita menjadi sibuk luar biasa menjelang lebaran? Mengapa kita rela berdesak-desakan antri naik kendaraan umum dan kapal laut? Mengapa kita rela menghabiskan uang seperti kehilangan akal sehat?. Apakah dengan begitu kita dijamin kembali ke fitrah?. Pertanyaan-pertanyaan ini selalu berulang setiap tahun dan hanya diri kita sendiri yang dapat menjawabnya.
Semalam (29 Agustus) penentuan 1 Syawal yang ditunggu tunggu dan diperkirakan jatuh pada hari Selasa tanggal 30 Agustus ternyata ditetapkan menjadi Rabu 31 Agustus 2011. Kembali terjadi perbedaan dalam penetapan Hari Raya Iedul Fitri 1432H. Ada yang kecewa dengan “bergesernya” Iedul Fitri ini. Di salah satu media online saya senyum-senyum sendiri ketika membaca komentar seorang pembaca yang berbunyi “Karena hilal setitik rusak opor sebelanga” hehehe. Ada juga yang menyarankan penduduk di perbatasan Indonesia-Malaysia untuk keluar perbatasan sebentar lalu berlebaran dan setelah itu balik lagi. Ada lagi yang sambil bercanda minta tiket yang telah dibelinya di reimburst oleh pemerintah karena jadwal kepergian dan kepulangannya sebelum dan sesudah lebaran jadi berubah. Hah…ada ada saja. Emangnye pemerentah yang nyuruh sampeyan beli tiket mudik. Malam itu, di salah satu kawasan kota Palembang ada yang terlanjur memotong sapi dan memasaknya dan tidak peduli dengan ketetapan lebaran 31 Agustus. Katanya”karena sudah terlanjur memasak daging sapi saya akan lebaran besok (selasa)”. Emak saya malah senang lebaran hari Rabu. Beliau bilang “ Bumbu opor dan rendang saya belum siap, jadi saya masih punya waktu buat memasaknya besok”.
Sementara tulisan ini dibuat tepat setelah saya selesai sahur dan setelah azan subuh mesjid di depan kompleks perumahan saya mengumandangkan takbir. Sambil melongok ke kalender yang ada yang ada ruang makan, ternyata tanggal 30 dan 31 Agustus 2011 warnanya merah hehehe. So….anda mau lebaran Selasa atau Rabu saya hanya ingin mengucapkan “ Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1432H”. Minal Aidzin wal Faidzin. Maaf Lahir dan Batin. Taqobballallahu minna wa minkum. Taqobbal ya Karim.
Note : Ilustrasi Gambar ditambahkan oleh Admin